Kamis, 17 Januari 2008

Soeharto: Die Hard 1

Soeharto: Die Hard (1)

1.Hari-Hari Akhir Jenderal Besar

Januari 2008 mantan presiden Soeharto kritis. Untuk kesekian kalinya, Soeharto yang setelah lengser sejak 1998 berkali-kali jatuh sakit, kembali harus dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP). Tapi kali ini, kesehatan Soeharto benar-benar memburuk.

Pria yang memimpin Indonesia selama 32 tahun ini harus menginap di rumah sakit sampai belasan hari. Selama di rawat itu pun ia berkali-kali mengalami kritis. Sejak masuk RS pada 4 Januari 2008, kondisinya terus naik turun. Membaik. Menurun. Gawat. Kritis. Masih kritis. Sangat kritis. Membaik. Begiru kata yang sering dilansir tim dokter kepresidenan untuk menggambarkan kondisi kesehatan Soeharto.

Sepanjang tahun 1999-2007, Soeharto berkali-kali masuk rumah sakit. Awalnya ia mengalami stroke ringan pada 20 Juli 1999. Akibat stroke itu, mulut Soeharto menjadi miring, ia pun harus dirawat selama 10 hari di RSPP sebelum akhirnya diperbolehkan pulang. Namun sebulan berselang, Soeharto harus dirawat lagi karena mengalami pendarahan di usus saat hendak mengambil air wudu untuk salat subuh di kediamannya.

Tahun 2000, mantan presiden ini tercatat 3 kali dibawa ke rumah sakit. 2001, Soeharto menjalani operasi usus buntu dan untuk pertama kalinya dipasang alat pacu jantung permanen. Akhir tahun ia dinyatakan kritis dan dibawa kembali ke RSPP. Namun meski kritis Soeharto selamat. Bahkan tahun 2002, Soeharto berziarah ke makam Tien Soeharto di Astana Giribangun, Mangadeg, Karanganyar. Dia tampak sehat dan segar serta mampu berjalan sendiri tanpa dipapah maupun menggunakan tongkat.

Selanjutnya tahun 2003, kesehatan Soeharto kembali memburuk dan dilarikan ke RSPP karena mengalami pendarahan di saluran pencernaan. Tahun 2004, pendarahan saluran pencernaan kembali menyerang Soeharto.Tahun ini Soeharto dibawa ke RSCM dan diperiksa tim dokter independen. Tiga kali memeriksa, tim dokter RSCM menyatakan, Soeharto menderita cacat psikologi permanen.

Tahun 2005, Soeharto masuk RSPP lagi dengan sakit yang sama, pendarahan usus. Namun, tim dokter menilai kondisi Soeharto relatif cukup aman sehingga ia pun boleh pulang.

Kemudian tahun 2006, setelah tampil di muka publik dalam beberapa kesempatan seperti pernikahan cucu dan pertemuan dengan mantan PM Singapura Lee Kuan Yew, Soeharto lagi-lagi dirawat di RSP Pertamina. Kali ini Soeharto kritis. Keluarga Cendana menyatakan pasrah jika Soeharto dipanggil Tuhan sewaktu-waktu.Namun ternyata Soeharto membaik. Bahkan tahun berikutnya 2007, tidak ada kabar Soeharto masuk rumah sakit lagi. Hingga kemudian tahun 2008 ini ia kembali masuk rumah sakit dan dinyatakan kritis.

Bila merunut riwayat sakitnya, terlihat Soeharto sungguh tangguh. Berkali-kali sakit selama bertahun-tahun, ia selalu lolos dari maut. Ia sakit, sembuh. Sakit lagi, membaik. Kritis, membaik dan selamat. Begitu kejadian berulang-ulang, selalu lolos dari maut. Orang yang kagum dengan Soeharto, bilang, mantan presiden ini sungguh sakti. Banyak orang yang percaya Soeharto memiliki kesakten alias kesaktian sehingga bisa selalu lolos dari maut.

Soeharto sebagai orang Jawa, diyakini melakukan laku atau ritual mistis sehingga ia memiliki kesaktian. Orang-orang dekat Soeharto pun membenarkan. Pria kelahiran Desa Kemusuk, Argomulyo, Godean, Yogyakarta itu pernah berguru spiritual kepada Romo Marto Pangarso. Menurut cicit Romo Marto, Lia Hermin Putri, Soeharto baru bisa meninggal bila pulung dan ageman atau jimat pusaka yang dipakainya dicabut.

Tapi lepas dari sisi mistis yang mengelilinginya, sosok Soeharto benar-benar tangguh. Ia tak ubahnya polisi John McClane. Dalam film Die Hard, polisi yang diperankan Bruce Willis ini nggak ada matinye.

Lagi-Lagi Kembali ke Kiai Maja

Jumat, 4 Januari 2008. Hari sudah siang. Jalan Cendana seperti hari-hari biasanya, sepi. Mantan presiden Soeharto berada di rumahnya. Sudah lima hari ia tidak sehat. Pria sepuh ini merasa lemas. Tubuhnya bengkak-bengkak.

Tim dokter sudah berusaha memberikan tindakan medis di rumah tetapi rupanya tidak memadai. Akhirnya dengan diantar putri tertuanya, Siti Hardiyanti Rukmana, sekitar pukul 13.00 WIB, pria sepuh itu kemudian dibawa ke Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP). Rumah Sakit di Jalan Kiai Maja, Jakarta Selatan itu sudah menjadi langganan Soeharto bila sakit.

Pukul 14.30 WIB, Soeharto sampai di Rumah Sakit dan dirawat di lantai 5B Belida, president suite I-II nomor 536 untuk menjalani rawat inap. M Assegaf, pengacara Soeharto, menyatakan tidak ada yang serius dengan penyakit pria berumur 87 tahun itu. Ketua tim dokter Soeharto, Dr Mardjo Soebandono juga menyatakan hal senada. Menurut Soebandono, Seoharto hanya menjalani check up biasa.

Meski dinyatakan tidak ada yang serius, perawatan yang dilakukan terhadap Soeharto tidak main-main. Mantan presiden itu harus menjalani USG dan CT Scan. Ia juga dipasangi infus dan alat pengontrol cairan tubah (CVC).

Pjs Direktur RSPP Djoko Sanjoto dalam jumpa pers menyatakan, Soeharto dibawa ke rumah sakit setelah merasa lemas akibat kadar hemoglobinnya rendah. Ia juga mengalami penimbunan cairan di seluruh tubuhnya. Meski mengalami penimbunan cairan di seluruh tubuhnya, Soeharto masih sadar 100 persen.

Menyusul masuknya Soeharto, seperti biasa penjagaan RSPP diperketat. Tiga satpam tampak berjaga-jaga di depan kamar Soeharto. Lorong yang mengarah ke ruang president suite, tempat Soeharto dirawat, dipasangi sekat kayu setinggi 1 meter yang dilapisi kain warna putih.

Malam harinya, anak-anak Soeharto telah berkumpul di RSPP. Tutut, Titik, Mamik, Bambang dan Sigit menemani mantan presiden tersebut. Mantan Pangkostrad Letjen (Purn) Prabowo Subianto yang merupakan mantan menantu Soeharto, konglomerat Sudwikatmono dan mantan KSAD Jenderal (Purn) Wismoyo Arismunandar dan mantan Mensesneg Moerdiono juga datang. Hanya Hutomo Mandala Putra alias Tommy yang belum muncul.

Presiden dan Wapres Membesuk

5 Januari 2008, Memasuki hari kedua dirawat, kondisi kesehatan Soeharto semakin menurun. Keadaan umumnya masih lemah, tekanan darah 80/50, mmHg jantung dan paru-paru masih belum membaik dengan obat-obatan yang diberikan. Penumpukan cairan di seluruh tubuh makin bertambah, terutama di paru-paru. Pemeriksaan di laboratorium memperlihatkan Hb Soeharto menurun 8,3 gr% dan fungsi ginjal juga makin turun.

Tim dokter berhasil mengurangi cairan yang menumpuk di bagian tangan dan kaki Soeharto. Namun cairan yang berkumpul di perut belum bisa diatasi. Ketua Tim Dokter Kepresidenan Dr Mardjo Soebiandono. menyatakan, sakit Soeharto sangat komplek. Fungsi jantung, paru-paru dan ginjalnya, menurun. Kesaksian Fuad Bawazier dan Haryono Suyono, yang datang menjenguk mantan penguasa 32 tahun Indonesia itu, Soeharto dalam keadaan kritis. Menurut Haryono, ada 40 dokter yang menangani Soeharto.

Pada hari ini, Presiden SBY menjenguk Soeharto. SBY datang sekitar pukul 11.00 WIB dan kunjungan itu berlangsung sekitar 12 menit. Menurut Haryono, Pak Harto masih bisa bicara. Dia bahkan mengucapkan terima kasih telah dijenguk Presiden SBY.

Presiden SBY yang hanya diam saat membesuk Soeharto di RSPP. Tapi ternyata SBY kemudian menggelar jumpa pers di Kantor Presiden . SBY menyampaikan kondisi Soeharto yang kritis dan mengimbau memanjatkan doa. "Setelah menjenguk kondisi Pak Harto, saya mendapat laporan dari tim dokter, beliau dalam kondisi yang kritis," kata SBY yang didampingi Wapres JK.

Turut hadir di Kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Sabtu, 5 Januari 2008, antara lain 3 Menko, Seskab Sudi Silalahi, Mensesneg Hatta Rajasa, Menag Maftuh Basyuni, dan Ketua Wantimpres Ali Alatas.

SBY menyatakan, pemerintah memberikan bantuan medis kepada Pak Harto,
seperti dilakukan kepada mantan presiden sebelumnya. Tim dokter kepresiden dan tim dokter RSPP bekerja sama melakukan yang terbaik.

"Kita berdoa saja. Semoga langkah-langkah yang kita ambil ini dapat berjalan baik," ujar SBY yang mengenakan batik lengan panjang warna hijau.

Setelah SBY, berturut-turut datang Mantan Menhankam/Pangab 1998 Kabinet Pembangunan VII Wiranto, Menkes Siti Fadillah Supari dan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.

Kemudian pukul 14.15 WIB, usai mendampingi jumpa pers SBY, Wapres Jusuf Kalla bersama Menag Maftuh Basyuni , Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, salah satu Ketua MUI Amidhan dan pimpinan MUI menengok Soeharto.Rombongan Wapres ini memanjatkan doa bagi kesembuhan Soeharto. Penguasa Orba itu meresponsnya dengan menggerakkan kepala. Pembacaan doa untuk Pak Harto dipimpin Ketua MUI Maruf Amin.

Sore harinya sekitar pukul 15.50 WIB, giliran Ketua DPR Agung Laksono yang datang. Selang satu menit, datang mantan Menteri Koperasi era Soeharto Bustanil Arifin bersama istri. Usai menjenguk, Agung meminta pemerintah mengantisipasi jika sesuatu terjadi dengan penguasa orde baru itu. Ia juga meminta agar masalah hukum Soeharto tidak diutak-atik dulu.

Malam harinya, Soeharto berangsur mambaik tapi belum melewati masa kritis. Bengkak-bengkak di tangan dan muka penguasa Indonesia selama 32 tahun itu sudah mulai berkurang. Dokter berhasil mengeluarkan 250 cc cairan dari tubuh mantan Presiden Soeharto.

Malam hari, Pak Harto tertidur didampingi oleh adiknya Probosutedjo dan putrinya, Mbak Tutut. Tommy yang pada hari pertama belum muncul, pada malam hari kedua dirawat itu juga sudah ikut menunggui ayahnya. Malam itu Soeharto bisa tidur dengan tenang.

6 Januari 2008. Hari ketiga dirawat, kondisi Soeharto lebih menggembirakan. Soeharto sudah bisa tertawa dan wajahnya terlihat cerah. Pembengkakan di sekujur tubuh Soeharto sudah hilang, terutama pembengkakan di kakinya. Pak Harto juga sudah mencoba makan bubur. Ia pun masih bisa mengenali orang-orang yang datang menjenguk.

"Bapak sudah bisa tertawa kok. Sudah bisa salaman serta mukanya sudah memerah tidak pucat lagi kayak kemarin," kata mantan Menteri Peranan Wanita Mien Sugandhi seusai menjenguk Soeharto.

Sementara itu mantan pejabat terus berdatangan menjenguk Soeharto. Seperti mantan KSAD Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu, mantan Menaker Theo L Sambuaga, mantan Menteri Kehakiman Oetojo Oesman, dan mantan menteri Peranan Wanita Tuti Alawiyah.

7 Januari 2008. Hari keempat. Soeharto dinyatakan sudah lepas dari masa kritis. Nafsu makannya juga membaik. Namun kondisinya masih lemah. Tekanan darah penguasa Orde Baru itu stabil pada angka 110-120 mmhg. Jantung dan paru-paru Pak Harto juga memperlihatkan perbaikan. Penumpukan cairan di seluruh tubuh berkurang.

Satu lagi kemajuan kondisi kesehatan Pak Harto. Dia sudah bisa pipis sendiri ke WC. Namun saat berjalan ke kamar mandi, penguasa Orde Baru itu tetap ditemani. Soeharto juga sudah diperbolehkan menyantap makanan yang lunak.

Pada hari keempat sakit ini, polemik soal kasus hukum Soeharto kembali muncul. Ketua MPR Hidayat Nurwahid meminta agar kasus Soeharto segera diselesaikan. Sementara Ketua Fraksi Partai Golkar DPR Priyo Budi Santoso meminta agar Soeharto dimaafkan dan kasus hukumnya dihentikan.

Sementara Jaksa Agung Hendarman Supandji menyatakan Presiden SBY tidak bisa memberikan pengampunan terhadap Soeharto. Penguasa Orde Baru itu sama sekali tidak memenuhi kriteria untuk menerima pengampunan dari Kepala Negara atas kasus hukum yang melibatkannya.

"Pengampunan itu hanya grasi, abolisi, amnesti dan rehabilitasi. Empat alasan itu tidak bisa dipergunakan (pada Soeharto)," kata Jaksa Agung Hendarman Supandji, di Kantor Presiden.

Keluarga Soekarno Memaafkan

8 Januari 2008. Kesehatan Soeharto menurun memasuki hari kelima dirawat. Produksi urin menurun dan terjadi penumpukan cairan pada paru-paru. Ada tanda-tanda adanya pendarahan melalui urin dan feses sehingga HB turun hingga 7,6 gram persen. Dokter membantah Soeharto koma. Namun dokter melarang Soeharto menerima tamu.

"Tidak betul (Soeharto koma). Kesadaran beliau baik. Beliau dalam keadaan sadar, tidak koma," kata kata Ketua Tim Dokter Kepresidenan, Dr Mardjo Soebiandono. Sebanyak 25 dokter ahli dikerahkan untuk menangani Soeharto. Saat malam hampir larut, Menkes datang menengok Soeharto.

Sementara itu polemik soal kelanjutan kasus Soeharto terus berlanjut. Di antara polemik itu, ada tanggapan dari pihak Megawati Soekarnoputri. Pada akhir hidupnya, ayah Mega, mantan Presiden Soekarno tidak mendapat perawatan yang layak saat sakit. Namun Mega menyatakan tidak dendam terhadap Soeharto. Mega mengaku sudah memaafkan kesalahan Soeharto terhadap ayahnya.

"Katanya (Mega), saya tidak ada dendam sama sekali. Bahkan saya sudah maafkan dari dulu," kata Sekjen PDIP Pramono Anung mengutip pernyataan Mega di Kantor DPP PDIP, Jl Lenteng Agung, Jakarta.

Megawati memutuskan tidak menjenguk Soeharto. Tapi anak Soekarno lainnya, Guruh Soekarno pada 12 Januari datang membesuk. Putra proklamator itu menyatakan tidak pernah mempermasalahkan perlakukan Soeharto terhadap ayahnya. "Tidak mas. Itu tidak pernah kami permasalahkan," kata Guruh di RSPP usai menjenguk.

Diisukan Wafat, Malah Makan Pizza

9 Januari 2008. Hari keenam kondisi mantan Presiden Soeharto membaik berkat mesin. Mantan penguasa Orba ini bahkan meminta minum dan makan kepada putri bungsunya, Siti Hutami Endang Adiningsih alias Mamiek.

Meski kondisinya masih lemah, Pak Harto sudah bisa makan. Menurut pengacara keluarga Cendana, OC Kaligis, penguasa Orba itu memakan pizza. "Bapak makan Pizza Hut. Isinya tomat dan keju. Makannya sedikit-sedikit di antara anak-anaknya," kata OC.

Menurut OC, Pak Harto diperbolehkan makanan asal Italia itu karena HB-nya sudah di atas 10. "Kalau orang sakit, mau makan apa saja kan dikasih," ujar pengacara beken itu.

Namun pada hari keenam ini, Soeharto justru diisukan meninggal. Isu berhembus kencang setelah beredar kabar Bandara Adi Sumarmo, Solo, Jawa Tengah, pukul 16.00 WIB sudah ditutup guna melancarkan prosesi. Tapi petugas informasi bandara Adi Sumarmo membantahnya.

Ketua Tim Dokter Kepresidenan Mardjo Soebiandono kemudian membantah isu meninggalnya Soeharto. Jenderal besar ini masih sadar penuh. Saat itu transfusi darah untuk Soeharto masih terus berlangsung. Tekanan darah Soeharto mencapai 110/50 mm hg. "Secara umum stabil. Masih sadar tapi lemah," tandas Mardjo.

Namun sementara itu sejumlah lembaga sudah melakukan antisipasi bila Soeharto meninggal. TNI, misalnya, sudah menyiapkan dua skenario pemakaman. Dua skenario pemakaman Soeharto bersandi CB1 dan CB2. Skenario pertama (CB1), proses pemakaman Soeharto akan melalui rute RSPP-Halim-Adi Sumarmo-Mangadeg. Skenario kedua (CB2), proses pemakaman Soeharto akan melalui rute RSPP-Cendana-Halim-Adi Sumarmo-Mangadeg.

Dua skenario pemakaman bila Soeharto meninggal ini tercantum dalam radiogram dari Mabes TNI. Radiogram ini berkop Markas Besar TNI Staf Operasi Rencana Kegiatan Alpha yang ditandatangani Asisten Operasi Panglima TNI Mayjen Zamroni, SE.

Dalam salinan radiogram tertanggal 5 Januari 2008 yang didapatkan detikcom, dijelaskan secara rinci upacara-upacara penerimaan jenazah. Dalam dua skenario itu, Presiden SBY dijadwalkan menjadi inspektur upacara (irup) di Astana Giri Bangun, Mangadeg, Karanganyar. Sementara Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menjadi irup di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur.

Malamnya, Wapres Jusuf Kalla menggelar zikir bersama di kediamannya Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat. Dzikir diikuti oleh 125 santri dari Majelis Dakwah Islamiah Indonesia dan salah satu isinya untuk mendoakan Soeharto.

10 Januari 2008. Hari ketujuh, kondisi fisik Soeharto masih labil. Pernafasan penguasa Orde Baru ini belum sepenuhnya baik, disertai dengan keluhan sesak nafas.

Mengalami Kehidupan Palsu

11 Januari 2008, Hari kedelapan dirawat di RSPP, kondisi Pak Harto kian gawat. Dokter menyebut kondisinya kritis sekali. Kesadarannya menurun. Pernafasannya memburuk, cepat dan dangkal. Beredar kabar Jenderal Besar ini sudah koma. Wapres Jusuf Kalla (JK) dan Mensesneg Hatta Rajasa datang membesuk.

Pada sore hari terjadi penurunan tekanan darah dan tingkat kesadaran. Ketua tim dokter kepresidenan Mardjo Soebiandono menjelaskan, penurunan kesadaran yang dialami Soeharto akibat kegagalan multiorgan.

Dokter melakukan pertolongan bantuan napas dan pemberian obat-obat untuk mengatasi kegawatan. Beberapa peralatan medis kembali dipasang demi kelangsungan hidup Soeharto.Yang terbaru adalah alat bantu nafas ventilator. Alat itu dipasang karena kondisi Soeharto gawat. "Kondisinya sangat kritis sekali sehingga beliau terpaksa ditidurkan dengan alat bantu nafas ventilator," kata dr Mardjo Soebiandono.

Menyusul kondisi kritis itu, adik tiri Soeharto, Probosutedjo, yang tengah dipenjara pun mendapat izin keluar dari LP Sukamiskin selama 24 jam.

Sekitar pukul 21.30 WIB, Menkes Siti Fadillah Supari membuat pernyataan yang mengagetkan. Ia menyatakan kondisi Soeharto sangat gawat . Tubuh Soeharto sudah dipasangi alat bantu ginjal, alat bantu jantung dan didukung berbagai jenis obat-obatan. Menurut Menkes, dengan pemasangan peralatan itu sama saja menciptakan kehidupan palsu bagi Soeharto.

Menkes menjelaskan, kehidupan palsu adalah kondisi dimana organ-organ tubuh berfungsi. Namun itu karena menggunakan alat bantu. "Orangnya bernafas dengan mesin, bisa kencing karena ginjalnya berfungsi, jantung dibantu obat. Tapi penderitanya koma. Kalau sudah begitu kasihan," jelas Siti.

Banyak pihak yang menduga hari kedelapan dirawat ini akan menjadi hari terakhir Soeharto. Semua pihak pun sibuk melakukan persiapan. Seluruh keluarga Soeharto sudah berkumpul di RSPP. Mantan istri Tommy Soeharto, Pramesti Regita Cahyani atau Tata yang tinggal di Singapura setelah mengajukan gugatan cerai, juga sudah hadir di RSPP. Demikian pula mantan menantu Soeharto, Prabowo. Keluarga berkumpul dan membacakan surat Yasin. Keluarga pun sudah mengikhlaskan semuanya kepada Tuhan.

Sementara di Solo, rumah keluarga Cendana di Dalem Kalitan, mempersiapkan antisipasi untuk menghadapi keadaan terburuk. Komandan Kodim (Dandim) Solo Letnan Kolonel Inf Adi Nugroho datang menemui Kepala Rumah Tangga Dalem Kalitan Sriyanto di Dalem Kalitan, Jl Kalitan 146, di Desa Penumping, Kecamatan Laweyan, Solo, pukul 22.30 WIB.

Pertemuan kedua orang itu berlangsung sekitar tiga puluh menit. Adi mengaku dirinya diminta untuk melakukan persiapan. "Ya diminta untuk melakukan persiapan. Apa pun yang terjadi kita tetap mendoakan Pak Harto agar baik-baik saja," jawabnya.

Guna memempersiapkan keamanan, bahkan menurut Adi, rencananya KSAD Letjen TNI Agustadi Sasongko Purnomo akan datang ke Solo, Sabtu keesokan harinya.

Di Yogayakarta, keluarga Soeharto melakukan doa bersama dengan membaca surat Yasin. Yasinan juga dilakukan sekitar 50 warga di rumah tokoh masyarakat Kemusuk, Haji Dasiman. Tujuannya meminta mantan presiden ini diberi kekuatan dan kesehatan.

Menjelang tengah malam, sekitar pukul 23.00 WIB, dokter memastikan, Soeharto belum meninggal. "Bapak belum meninggal," kata ketua tim dokter kepresidenan Mardjo Soebiandono. Tengah malam para dokter pulang.

Sempat Berhenti Bernafas

12 Januari 2008. Hari Kesembilan, kondisi Soeharto masih gawat. Seluruh peralatan medis masih terpasang di tubuh dan alat bantu pernafasan atau ventilator masih terpasang di tubuh Soeharto.

Menkes Siti Fadilah Supari terus memantau kesehatan Pak Harto. Menurut menteri yang bertitel dokter itu, Pak Harto sempat berhenti bernafas. "Saya sempat dilapori pukul 18.00 WIB, dia (Soeharto) sempat berhenti bernafas," kata Siti saat dihubungi wartawan via ponsel, Sabtu (12/1/2008).

Menurut Siti, dia dimintai pendapat apakah perlu dipasangi ventilator. Menkes tidak setuju jika Soeharto dipasangi ventilator dengan alasan kasihan melihat kondisi Soeharto. Namun pendapat Bu Menteri tidak diindahkan keluarga Pak Harto. Mbak Tutut tetap minta dipasangi ventilator. "Dia (Mbak Tutut) lebih berhak, kita bisa apalagi? Pukul 21.00 WIB saya mendapat kabar bahwa alat tersebut sudah terpasang di Soeharto," ujarnya lagi.

Karena dipasangi ventilator Soeharto dibius. Pembiusan dilakukan agar ventilatornya dapat bekerja. Masalahnya kalau sadar, paru-paru Soeharto akan melawan ventilator yang dipasang dokter.

Pukul 10.00 WIB, Ketua Tim Dokter yang menangani Soeharto, dr Mardjo Soebiandono dalam jumpa pers, menyatakan Pak Harto membaik, ia sudah bangun dan sadar. Pada pukul 05.00 WIB, Pak Harto bisa merespon dokter, ia mengangguk menjawab pertanyaan dokter.

Ditegaskan, dibanding kondisi pada Jumat (11 Januari 2008) malam, kondisi Soeharto pada Sabtu jauh membaik. Kesadaran Pak Harto juga sudah mulai menunjukkan respons. Namun mantan Presiden itu masih mengalami pendarahan ringan di lambungnya. Soeharto juga mengalami penimbunan cairan di paru-paru dengan disertai tanda-tanda infeksi.

Sementara itu polemik perdebatan pro kontra atas mantan Presiden Soeharto terus berkembang di masyarakat. Presiden SBY turun tangan dan menyerukan agar polemik itu dihentikan. "Saya mengajak hentikan komentar dan debat yang tidak tepat apalagi kalau ada kata-kata yang terlontar jauh dari kearifan kita sebagai bangsa," kata SBY di kediamannya di Cikeas, Bogor.

Minggu, 13 Januari 2008. Hari kesepuluh dirawat. Soeharto masih dirawat di ruang ICCU. Setiap jam kesehatan Soeharto terus dievaluasi oleh dokter. Kondisi kesehatan mantan Presiden RI Soeharto menurun sejak pagi hari. Pak Harto mengalami kemunduran hampir pada seluruh fungsi organ.

"Kondisi Pak Harto sangat kritis," ujar Dr Mardjo Soebiandono . Dari lima organ yang ada, cuma tinggal dua organ Soeharto saja yang masih berfungsi, yakni otak dan pencernaan. Selebihnya tidak berfungsi ada tiga, yaitu jantung, ginjal dan pernafasan. Tiga organ Pak Harto yang tidak berfungsi dibantu alat. Jantung dengan alat pacu jantung, pernasafasan dengan ventilator. Sementara 80 Persen suplai oksigen yang dihirupnya dipasok mesin..

Meski kondisi tiga organ tubuh Pak Harto sudah tidak berfungsi sehingga dipasangi alat-alat-alat kedokteran di tubuhnya, dokter membantah Pak Harto dipaksa hidup. "Kalau memaksakan hidup itu artinya sudah mati tapi dipaksa hidup. Ini kan belum," cetus anggota tim dokter kepresidenan Djoko Rahardjo.

Siang hari pukul 14.00 WIB, menyusul pernyataan kondisi sangat kritis Soeharto, pengamanan RSPP diperketat. Puluhan polisi dari Polres Jakarta Selatan tampak berdatangan dan berjaga-jaga di berbagai gedung dan tempat parkir RSPP. Kondisi seperti ini selalu terulang. Setiap kali tim dokter menyatakan Soeharto dalam kondisi kritis, pengamanan rumah sakit diperketat.

Sementara itu, sore harinya Cendana tiba-tiba disterilkan. Pukul 16.00 WIB, polisi memerintahkan agar semua kendaraan yang diparkir di jalan yang berada di depan rumah mantan Presiden Soeharto segera dipindahkan. Tidak hanya itu, gerbang rumah Soeharto seketika juga ditutup.

Kondisi semakin tegang, karena Bupati Karanganyar Rina Iriani datang ke RSPP. Seperti diketahui, Astana Giribangun yang dipersiapkan sebagai tempat memakamkan Soeharto, jika meninggal masuk wilayah Karanganyar. Rina sendiri mengaku jauh-jauh datang dari Karanganyar untuk mendoakan kesembuhan Soeharto. Rina kemudian membantah kalau kedatangannya untuk membicarakan persiapan pemakaman untuk mantan Presiden Soeharto jika meninggal.

Tim dokter terus berupaya menangani mantan Presiden Soeharto. Namun malam harinya dokter mengatakan harapan hidup Soeharto kecil. Indikasi kecilnya harapan dinilai dari faktor umur dan penyakit. Apalagi hari Minggu ini, kondisi Soeharto lebih buruk dibandingkan saar kritis pada Jumat sebelumnya.

Pernyataan Soeharto kritis ini merupakan pernyataan yang ketiga kali sejak mantan presiden itu dirawat di RS Pusat Pertamina. Pernyataan itu sudah 3 kali muncul dari Tim Dokter Kepresidenan.

Soeharto pertama kali dinyatakan kritis pada 5 Januari 2008 atau hari kedua sejak dia dirawat di RSPP. Kritis kedua Pak Harto terjadi pada Jumat 11 Januari 2008. Sama dengan dua kali kritis sebelumnya, pada kritis ketiga Soeharto pun kembali membaik.

Kondisi kritis yang dialami mantan presiden Soeharto membangkitkan empati masyarakat Pacitan, Jawa Timur. Ratusan warga kota Pacitan malam itu menggelar doa bersama di halaman markas Komunitas Masyarakat Pacitan (KMP), Jl. DI Panjaitan.

Selain masyarakat dalam negeri, empati juga ditunjukkan teman-teman Soeharto yang berada di luar negri. Hari ini, sekitar pukul 11.36 WIB, mantan PM Singapura Lee Kuan Yew datang menjenguk Soeharto. Namun Soeharto kehadiran Lee tidak disadari Soeharto. Saat sahabatnya itu datang, Soeharto masih dalam keadaan tidak sadar.

Menurut Moerdiono, Lee hanya ditemui ketiga putri Pak Harto, yakni Tutut, Mamiek dan Titiek. Kepada mereka, Lee menyatakan keprihatinannya dan mendoakan Pak Harto lekas sembuh.

Senin, 14 Januari 2008. Hari kesebelas. Kondisi Soeharto naik turun. Setelah mengalami kondisi sangat kritis karena tiga organ tubuhnya tidak berfungsi, memasuki perawatan hari ke-11, kondisi Pak Harto membaik. Fungsi jantungnya membaik.

Pada hari ini banyak kabar baik untuk Soeharto. Amien Rais yang berjuluk Bapak Reformasi, yang mempelopori tumbangnya Soeharto meminta masyarakat untuk memaafkan Soeharto. Ia menuntut pemerintah agar mencari terobosan istimewa untuk menyelesaikan kasus Soeharto.

Siang hari, mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Muhammad menjenguk mantan Presiden Soeharto. Kedatangan mantan PM Malaysia Mahathir Mohammad membuat emosi Pak Harto bergejolak. Memang tiada kata yang terucap, namun penguasa Orba itu sempat meneteskan air mata.

Tidak hanya Pak Harto yang menangis, Mahathir pun tidak mampu menyembunyikan kesedihannya melihat sahabatnya terkulai lemah. Dia ikut meneteskan air mata. "Tadi pas ketemu Mahathir, dia menangis. Ini cerita Mbak Titiek loh ya, bukan saya. Pak Mahathir juga menangis," tutur ketua tim dokter kepresidenan Mardjo. Sore harinya, giliran Sultan Hassanal Bolkiah membesuk.

Para ’Brutus’ Datang Membesuk

Selasa, 15 Januari 2008. Hari keduabelas. Kondisi kesehatan mantan Presiden Soeharto kembali menurun. Pernafasan Pak Harto masih dibantu mesin pernafasan. Fungsi jantung pun belum stabil. Muncul tanda-tanda infeksi sistemik pada paru-parunya.

Simpati kepada mantan presiden Soeharto terus bergulir. Seribuan umat Islam wilayah Pantura Cirebon, Jawa Barat, menggelar istighasah yang dipimpin oleh sejumlah kyai dari sejumlah pondok pesantren di wilayah Cirebon. Sakit yang mendera Pak Harto juga membuat ratusan warga Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, iba. Mereka menggelar doa bersama. Tak sedikit dari mereka yang bertangisan.

Yang istimewa pada hari keduabelas ini, mantan Presiden Habibie untuk pertama kalinya datang membesuk Soeharto. Sejak Soeharto sakit pada 1999, setelah lengser Habibie belum pernah sekalipun menjenguk ataupun bertemu presiden yang digantikannya itu.

Habibie yang berbatik coklat dan berpeci datang didampingi istrinya Ainun Habibie yang berbatik kuning. Ia tiba di RSPP pukul 21.00 WIB. Menurut Habibie dirinya langsung terbang dari Jerman dengan maskapai Lufthansa. "Kita tadi berdoa dipimpin Pak Quraish Shihab. etika saya tadi datang, Pak harto sedang tidur. Saya ada di kamar sebelahnya," jelas Habibie.

Habibie sepertinya kurang beruntung tidak bertemu langsung Soeharto. Soalnya sehari sebelumnya mantan Malaysia PM Mahathir Mohammad bertemu Pak Harto yang kala itu telah disadarkan dokter.

Habibie, bagi keluarga Soeharto mungkin dianggap sebagai Brutus. Maklum Habibie lah yang kemudian menggantikan Soeharto setelah lengser. Marcus Junius Brutus Caepio (85-42 SM), atau yang lebih dikenal sebagai Brutus, adalah seorang Senator Kota Roma pada akhir Republik Roma. Ia merupakan salah seorang pembunuh Julius Caesar. Brutus kemudian diadili oleh Senatus sebagai “pengkhianat” kerajaan.

Setelah dilengserkan pada tahun 1998, hubungan Soeharto dengan Habibie yang sebelumnya sudah seperti biasa menjadi renggang. Menurut Habibie, Soeharto mulai tak mau menyapanya sejak 21 Mei 1998, beberapa saat sebelum Soeharto berpidato mengumumkan pengunduran dirinya.

"Saya sangat tegang melihat Pak Harto melewati saya, terus melangkah ke ruang upacara dan "melecehkan" keberadaan saya di depan semua yang hadir. Betapa sedih dan perih perasaan saya ketika itu," tulis Habibie dalam bukunya yang berjudul Detik-detik yang Menentukan: Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi.

Pada 9 Juni 1998, Habibie menelepon Pak Harto untuk mengucapkan ulang tahun. Pak Harto berulang tahun 8 Juni. Dalam percakapan itu Pak Harto meminta Habibie tidak menghubunginya lagi.

Sas-sus yang beredar, Pak Harto ogah bertemu dengan Habibie setelah profesor itu memulai mengusut dugaan korupsi Pak Harto, sebagai upaya untuk melaksanakan Tap MPR XI/MPR/1998.


Rabu, 16 Januari 2008.
Hari ketigabelas. Kondisi Soeharto masih kritis. Deplu mengaku sudah menyiapkan standard operation procedur (SOP) bagi tamu negara yang akan melayat Soeharto. Maklum hari-hari sebelumnya sejumlah tamu asing

seperti Lee Kuan Yew, Mahathir Mohammad dan Sultan Hassanal Bolkiah datang menjenguk.

Pada hari ketiga belas dirawat ini, tidak ada tamu asing yang datang. Yang datang membesuk justru orang dekat Soeharto yang sempat menjadi ’brutus’ menjelang akhir kekuasaannya yakni mantan Ketua MPR Harmoko. Seperti diketahui, MPR yang dipimpin Harmoko meminta Soeharto mengundurkan diri pada tahun 1998, sehubungan krisis moneter yang melanda Indonesia.

Selain Harmoko datang pula mantan Ketua DPA Sudomo. Kedua orang ini awalnya menyatakan tidak akan menjenguk Soeharto langsung. Mereka mengaku cukup mendoakan kesembuhan mantan bosnya itu dengan menggelar doa di kediamannya masing-masing.

Saat membesuk, Harmoko yang tiba di RSPP pukul 21.00 WIB tidak bisa bertemu Soeharto maupun putra putrinya.Ia hanya ditemui kerabat Soeharto yakni, Widodo, Sudwikatmono dan istri Probosutedjo.

Kamis, 17 Januari 2008. Hari keempat belas. Soeharto masih kritis. Tubuh Pak Harto masih dipasangi 6 alat. Namun meski kondisinya kritis, Pak Harto masih memberikan respons.

Ketua tim dokter kepresidenan Dr Mardjo Soebiandono menyatakan, semangat hidup Pak Harto masih tinggi. "Ya. Kalau dipanggil, merespons. Semangat hidup Pak Harto masih tinggi. Kayaknya pengen bangun," kata Mardjo.

Soeharto: Die Hard (1)

2. Mistis VS Medis Umur Soeharto

Minggu tengah malam, percikan api yang berbentuk lafal Allah muncul di langit Jalan Cendana. Seorang lelaki berambut gimbal menghembuskan api tersebut setelah membakar kertas koran yang ditusuknya dengan sebatang ranting yang dipungutnya dari halaman kediaman mantan presiden Soeharto.

Laki-laki berambut gimbal itu adalah Mbah Lim. Tengah malam pada 13 Januari 2008 itu, paranormal yang namanya tengah naik daun itu tiba di kediaman Soeharto bersama dua asistennya. Ia lantas meminta izin pada pengamanan rumah untuk melakukan ritual di halaman rumah.

Setelah mendapat izin, Mbah Lim yang mengenakan kemeja berwarna putih dan dibalut jas hitam itu memungut sebatang ranting pohon yang tergeletak di halaman. Ia kemudian bersila dan menusukkan ranting itu pada sehelai kertas koran. Di atas kertas itu juga terdapat kapur berwarna putih. Lalu mulut paranormal asal Tegal itu pun komat-kamit membaca mantra, sementara tangannya memegang ranting tersebut.

Setelah 5 menit, Mbah Lim berdiri dan menarik ranting pohon itu. Tiba-tiba keluarlah api dari koran itu. Setelah ditiup api yang memercik dari kertas koran itu memunculkan tulisan yang mirip dengan lafal Allah. Untuk apa atraksi itu? "Yang jelas saya ke sini berdoa untuk kesembuhan Pak Harto," beber Mbah Lim.

Selama Soeharto dinyatakan sangat kritis, sejumlah aksi mistik terjadi baik di Cendana maupun di RSPP. Bila di Cendana ada Mbah Lim, di RSPP ada seorang perempuan yang mengaku sebagai keturunan Prabu Siliwangi, ingin mengunjungi Soeharto. Perempuan 30-an tahun bernama Nadia itu meramalkan Soeharto akan sembuh.

"Saya jauh-jauh dari Srilanka ingin berdoa untuk Pak Harto. Dengan ridho Allah, Pak Harto akan sembuh," kata perempuan yang mengenakan kerudung dan pakaian serba hitam itu saat datang ke RSPP Minggu malam.

Selain Nadia, ada perempuan lainnya yang dengan penuh misteri juga datang ke RSPP. Perempuan itu mengaku baru saja mendapat ilham dari Bung Karno. Ia datang tiba-tiba dengan mengejutkan wartawan dengan berteriak, "Innalillahi." "Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Bung Karno sangat mengetahui keadaan. Saya mewakili beliau," teriak dia.

Tak hanya di Jakarta, ritual mistik juga digelar di Yogyakarta. Tepatnya di Pantai Parangkusumo, Parangtritis pada malam1 Syuro alias 1 Muharam. Ritual ini digelar pemimpin sanggar spiritual Songgo Buwono, Lia Hermin Putri. Perempuan ini adalah cicit Romo Marto Pangarso, guru spiritual Soeharto.

Soeharto dikenalkan dengan Romo Marto oleh Soedjono Hoemardani, staf pribadi Soeharto untuk urusan kebatinan. Lia melakukan ritual untuk mencabut pulung keprabon Soeharto. Soalnya jika pulung atau wahyu kepemimpinan ini tidak dicabut, bapak mantan presiden ini akan menderita dalam sakit panjang.

Dalam perspektif Jawa, tidak ada orang kuat, tidak ada pemimpin hebat, tanpa kasekten atau kesaktian yang kuat. Kesaktian ini, dalam tradisi Jawa, merupakan hasil dari laku prihatin, misalnya lewat puasa dan bertapa, yang mewujud dalam bentuk benda-benda, seperti cincin, ikat kepala, keris yang dimiliki bahkan merasuk dalam tubuh yang empunya.

Soeharto adalah orang Jawa. Kasekten inilah yang diyakini merupakan rahasia kekuatan dan umur panjang Soeharto. Sumber-sumber dekat pria sepuh kelahiran 8 Juni 1921 ini mengungkapkan, selama hidupnya, Soeharto sering melakukan laku alias ritual mistik untuk memperoleh kesaktian.

Kungkum Sampai Semedi di Gunung

Jumat 9 Juni 2006. Hari belum terlalu siang. Masih sekitar pukul sebelasan. Tapi sebuah SMS membuat kantor detikcom geger. Isi SMS mengabarkan Soeharto meninggal. Setelah dicek kebenarannya, kabar itu seperti biasa hanyalah isu.

Mantan Presiden Soeharto sehari sebelumnya merayakan ulang tahun ke-85. Dari pesta yang berlangsung tertutup itu diperoleh kabar pria sepuh itu baik-baik saja. Menurut Des Alwi, Soeharto terlihat sehat dan mampu mengenali tamu-tamunya.

Saat kabar meninggal itu beredar, Soeharto ternyata sedang istirahat di rumahnya, di Jalan Cendana, Menteng, Jakarta. Menurut salah satu petugas keamanan kediaman Soeharto, pria sepuh itu tengah tertidur.

Isu Soeharto meninggal bukan kali itu saja terjadi. Isu itu telah berulangkali menimpa pria kelahiran Desa Kemusuk, Argomulyo, Godean, Yogyakarta itu. Bagi orang dekatnya, isu Soeharto meninggal dianggap sebagai doa agar mantan presiden itu panjang umur.

Dan faktanya Soeharto masih berumur panjang. Ia memang sakit-sakitan setelah lengser dari presiden. Berkali-kali ia harus keluar masuk rumah sakit. Tapi purnawirawan Jenderal Besar ini selalu kembali pulih dan pulang ke rumahnya.

Tidak jarang usia panjang Soeharto menerbitkan tanya. Apalagi teman-teman seperjuangannya telah banyak yang dipanggil yang maha kuasa. Dua orang yang pernah menjadi wakil presiden Soeharto seperti Umar Wirahadikusumah dan Sudharmono, telah meninggal dunia. Bahkan Notosuwito, adik Soeharto juga telah meninggal mendahului kakaknya.

Dan di negeri ini, di mana klenikisme masih hidup subur, orang pun mulai membuat penghubungan. Sebagai orang Jawa yang budayanya kental dengan mitos, rahasia umur Soeharto pun lantas dihubungkan dengan hal-hal mistis.

Ada yang mempercayai Soeharto panjang umur karena memiliki kesaktian dari ritual mistis yang dilakoninya. Banyak juga yang menyatakan meski sakit-sakitan, Soeharto akan sulit meninggal karena belum melepas jimat yang dipakainya selama berkuasa. Benarkah demikian?

Sumber orang dekat dan yang pernah mengenal Soeharto membenarkan Soeharto dekat dengan dunia mistis. Ia melakoni ritual mistis, mengoleksi pusaka dan jimat untuk menambah kekuatan serta mempunyai pendamping roh halus.

Kedekatan dengan dunia mistis itu, mungkin diwarisi Soeharto dari ibunya, Sukirah. Dikisahkan, setelah Soeharto lahir, Sukirah menghilang selama 40 hari lamanya. Tak seorang pun yang tahu ke mana dia pergi. Setelah pulang ia mengaku bertapa untuk masa depan anaknya yang baru dilahirkannya itu.

Namun pendalaman Soeharto pada dunia mistis diperoleh dari Kiai Daryatmo, seorang guru agama dan mistik Jawa. Dari kiai ini, Soeharto muda mendapat pengetahuan tentang pengobatan, tentang laku, dan tentang semedi. Dalam bukunya, Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya, nama Daryatmo disebut-sebut.

Soeharto mengakui Daryatmo banyak memberi inspirasi dalam perjalanan hidupnya. Bahkan sampai menjadi presiden. Mantan Menteri Penerangan Mashuri bahkan pernah menuturkan, setiap bulan sedikitnya satu kali, Soeharto datang menemui Daryatmo untuk minta petunjuk.

Ritual mistis yang dijalani Soeharto adalah bersemedi atau bertapa di tempat-tempat keramat atau wingit. Sumber yang pernah mendampingi pria berjuluk The Smiling General itu melakukan laku mistis mengungkapkan, Gunung Lawu jadi tempat favorit Soeharto. Gunung Lawu memang merupakan salah satu pusat kekuatan mistik di Jawa

"Saya pernah mengiringi beliau naik ke puncak Lawu. Ketika yang muda-muda sudah ngos-ngosan kelelahan, beliau yang saat itu juga sudah cukup berumur sama sekali tidak terlihat lelah hingga sampai puncak," ujar sumber yang tinggal di Tawangmangu, Solo itu.

Selain Lawu, tempat favorit Soeharto bersemedi adalah tempat keramat di Gunung Srandil, Dieng, danau Pacitan, dan sebuah gua di Cilacap. Paranormal Permadi,Adjikosoemo, dan sejarawan MT Arifin membenarkan tempat-tempat itu merupakan tempat yang sering dipakai semedi Soeharto.

Tak hanya bertapa di tempat keramat, Soeharto sering melakukan ritual berendam diri dalam air atau dalam kepercayaan Jawa disebut tapa kungkum. Tapa kungkum itu dilakukan Soeharto sejak muda bahkan ketika sudah menjabat presiden.

Tempat-tempat yang sering digunakan kungkum Soeharto adalah Petilasan Panembahan Senopati di Dlepih, Tirtomoyo, Wonogiri. Pelaku kebatinan yang cukup akrab dengan almarhum Ny Tien Soeharto menuturkan, tempat tersebut sering dikunjungi Soeharto sejak muda hingga menjelang menjabat presiden.

Sedangkan di saat menjadi Pangdam Diponegoro, tempat kungkum Soeharto adalah di Kaligarang, Semarang. Di tempat Soeharto dulu sering kungkum itu, sekarang dibangun sebuah monumen yang disebut Tugu Soeharto.

Setelah menjadi presiden, Soeharto masih sering menjalani ritual itu. Lokasi yang dipilih adalah sebuah tempat di Bogor. Tempat itu bukan lagi lokasi terbuka karena sudah didirikan sebuah bangunan rumah. Rumah ini dimiliki Almarhum Pak Sudjono Humardani, salah satu penasehat spiritual Soeharto.

Tapa kungkum dipercaya tidak hanya berefek secara mistis. Namun juga membangun kekuatan fisik agar lebih kuat dan tahan terhadap serangan penyakit. Seseorang yang rajin melakoninya akan menjadi lebih sehat. Ia akan memiliki kesehatan organ pernapasan yang tangguh serta tidak mudah lelah meskipun sudah dalam kondisi tua.

Selain laku mistis, putra Sukirah dan Kertorejo itu juga senang mengoleksi pusaka untuk menambah kekuatannya. Salah satu pusaka yang dipinjam Soeharto untuk menambah kekuatannya adalah pusaka andalan Kraton Solo.

Dan tidak hanya itu, Soeharto juga dipercayai memiliki "pendamping". Pendamping ini adalah salah satu Raja perempuan alam bawah laut. Dia adalah kakak seperguruan Nyai Roro Kidul. Menurut sejarawan yang juga mempelajari dunia mistis MT Arifin, nama muda perempuan itu adalah Retno Yuwati.

Apakah panjang umur Soeharto akibat menggunakan kekuatan mistik itu? Anda bebas untuk bersikap. Yang jelas, teori tradisional menyatakan orang yang menguasai ilmu mistis tertentu memiliki kecenderungan usia lebih panjang. Tapi, tentu saja masalah umur dan kematian tetap otoritas Tuhan.

Kisah Tutut dan Keris Kraton Solo

Suatu hari di Bandara Adi Sumarmo, Surakarta. Putra-putri Paku Buwono (PB) XII, Raja Surakarta, bertangisan. Saat itu, mereka mengantar kepergian pusaka andalan kraton. Pusaka itu akan dibawa ke Jakarta karena akan dipinjam Presiden Soeharto.

Peristiwa itu masih membekas betul dalam ingatan KGPH Puspo Hadikusumo, putra ketiga PB XII. Kapan persisnya peristiwa itu terjadi dia memang kesulitan lagi mengingatnya. Salah satu pangeran yang mendapat kepercayaan memelihara pusaka kraton Solo itu, memperkirakan kejadian itu terjadi saat Soeharto baru saja menjabat presiden.

Berdasarkan catatan sejarah, MPRS menunjuk Soeharto sebagai pejabat presiden pada 12 Maret 1967. Kemudian baru 27 Maret 1968, ia dilantik menjadi presiden.

Saat menjabat presiden, Soeharto memiliki penasihat spiritual yaitu Soedjono Hoemardi. Di masa awal menjabat presiden, Soedjono menyarankan Soeharto agar mencari kekuatan pendukung secara magis. Kekuatan pendukung itu berupa pusaka andalan para raja di Jawa yang tersimpan di Kraton Surakarta.

Setelah Soeharto setuju, lalu Soedjono menemui PB XII mengutarakan maksud tersebut. PB XII mengizinkan lalu mengajak Ki Panji Mloyo Hamiluhur mengambil dan menyerahkannya kepada Soedjono. Apa pusaka kraton yang dipinjam itu, hingga kini belum jelas. Puspo hanya menyebut pusaka itu merupakan pusaka sangat penting bagi kraton.

Menurut sejumlah sumber, di antara sejumlah pusaka yang dimiliki Kraton Solo, ada satu pusaka utama yang kedudukannya jauh di atas pusaka-pusaka tersebut. Pusaka itu berupa keris bernama Kanjeng Kiai Ageng. Apakah keris itu yang dipinjam, Puspo enggan membeberkan.

"Saat itu semua menangis karena yang dibawa itu adalah pusaka andalan kraton. Tapi apa boleh buat, Sinuhun sudah mengijinkannya," tutur Puspo kepada detikcom.

Belasan tahun kemudian atau pada tahun 1985, Soeharto kembali menyampaikan niat untuk meminjam pusaka Kraton Solo. Perantara saat itu tetap penasihat spiritualnya, Soedjono. Sementara yang diminta mengambil adalah almarhum Panji Mloyo Hamiluhur, tokoh spiritual Kraton Surakarta.

PB XII telah mempersilakan Ki Panji Mloyo untuk memilih sendiri pusaka yang akan dipinjam Pak Harto. PB XII telah menetapkan sebuah malam untuk mengambil pusaka itu. Namun pada malam yang ditentukan itu ternyata terjadi kebakaran hebat di kraton. Akibatnya pemilihan dan pengambilan pusaka itu dibatalkan.

Selanjutnya apakah proses peminjaman itu benar-benar terjadi, hingga kini masih menjadi teka-teki. GPH Puger, putra PB XII yang mengetahui rencana peminjaman itu mengaku tidak tahu. "Sebaiknya hal itu tidak ditanyakan kepada saya," kata Puger.

Kini puluhan tahun telah berlalu. Soeharto telah berumur 85 tahun. Ia telah lengser dari kursi presiden. Sejumlah kasus hukum dan penyakit membelit Soeharto. Berkali-kali mantan presiden itu masuk rumah sakit namun kemudian ia pulih kembali. Masuk rumah sakit lagi dan pulih lagi.

Banyak yang meyakini penguasa RI 32 tahun itu memiliki kesaktian dan jimat yang memberati kehidupannya. Sejumlah tokoh spiritual yang menggeluti dunia mistis
menyarankan Soeharto agar segera membersihkan diri.

Membersihkan diri, tak hanya dalam arti meminta ampun dan mendekatkan diri kepada Tuhan, namun juga harus melepaskan diri dari jimat dan pusaka-pusaka yang mendampinginya selama ini.

"Secara spiritual dia harus melakukan acara-acara ritual guna mencabut semua kekuatan atau ilmu mistik yang telah dimiliki," kata paranormal Ki Joko Bodo.

Dan beberapa hari terakhir sebuah informasi datang dari sumber di Cendana. Disebutkan putri sulung Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana, akan mengembalikan sebuah pusaka ke Kraton Surakarta. Pusaka itu dipinjam ayahnya ketika masih berkuasa dulu.

Namun sumber itu juga menyebutkan niat Tutut, demikian Hardiyanti biasa dipanggil, tidak terlaksana. Pihak Kraton Surakarta menolak menerima pusaka tersebut. Benarkah? Masih perlu ditelusuri lagi, karena pihak Kraton mengaku tidak pernah menerima kedatangan Tutut dalam beberapa pekan terakhir untuk kepentingan tersebut.

Seperti diketahui hingga saat ini di Kraton Surakarta terdapat dua putera PB XII yang mengangkat diri sebagai raja menggantikan ayahnya. Pertama adalah KGPH Hangabehi, yang mengangkat diri sebagai PB XIII. Ia tetap berada di dalam kompleks Kraton Surakarta.

Sedangkan kedua, KGPH Tedjowulan juga mengangkat di sebagai PB XIII dengan dukungan para kerabat dan sebagian besar putra PB XII, namun dia 'bertahta' di luar kraton, tepatnya di kediaman keluarga Mooryati Soedibyo di Badran Solo.

Jika Tutut hendak mengembalikan pusaka kraton, nalarnya dia akan datang ke kompleks Kraton Surakarta di Baluwarti, Solo, tanpa mempertimbangkan PB XIII yang mana yang berada di dalam kraton. Namun GPH Puger, adik seibu Hangabehi, mengaku tidak tahu-menahu adanya kedatangan Tutut ke kraton tersebut dalam beberapa pekan terakhir.

Padahal, menurut pengakuan Puger, setiap ada tamu penting yang datang ke kraton dia selalu diminta untuk ikut menyambut. Apalagi jika kedatangan tamu itu berkaitan dengan aspek spiritual. Wajar saja karena Puger selama ini memang dikenal mendalami dunia tersebut. Dia pulalah yang dulu mencarikan 'hari baik' untuk penobatan kakaknya.

"Saya tidak tahu kalau pengembalian itu dilakukan secara personal kepada seseorang yang mengatasnamakan kraton atau justru Mbak Tutut salah jalan dengan mengembalikannya kepada orang yang salah," ujar Puger.

Yang dimaksud Puger pengembalian kepada personal adalah pembicaraan itu dilakukan di luar kraton antara Tutut dengan seorang keluarga yang memiliki kewenangan membicarakan hal-ikhwal kraton. Kalau memang hal itu terjadi, biasanya orang tersebut akan langsung dilaporkan ke kraton secara resmi. Dan menurut Puger, hingga saat ini hal itu juga tidak terjadi.

Sedangkan yang disebutnya sebagai salah jalan adalah pengembalian itu dilakukan kepada pihak Tedjowulan. Puger yang berseberangan, menyebut kubu Tedjo sebagai pihak yang tidak berwenang lagi mengaku-aku sebagai pengelola kraton.

Namun dugaan Puger itu ternyata juga dibantah oleh pihak GPH Suryo Wicaksono, putra PB XII yang berpihak kepada Tedjowulan. Gusti Nenok, demikian dia akrab disapa, bahkan terkejut mendengar adanya kabar tersebut. "Tidak ada pengembalian pusaka kepada kami. Saya selalu menyertai Sinuhun (PB XIII Tedjowulan) di setiap acaranya," paparnya.

Gusti Nenok mengungkapkan, tanggal 28 Mei lalu ikut mendampingi Tedjowulan menjenguk Soeharto yang terbaring sakit di RSPP. Saat itu, mereka diterima Mbak Titik dan Mbak Tutut. "Namun keduanya tidak membicarakan hal tersebut (pengembalian pusaka) kepada kami," paparnya.

Sama dengan Puspo dan Puger, Nenok membenarkan ada sejumlah pusaka Kraton Surakarta yang dipinjam Soeharto pada awal-awal dia berkuasa. Nenok juga menyebut perantara peminjaman adalah Soedjono Hoemardani.

Pusaka yang dipinjam itu, menurut Nenok, adalah beberapa pusaka berupa panji-panji dan umbul-umbul peninggalan masa Majapahit, wayang, gamelan. Pusaka itu kata Nenok telah dikembalikan setelah Pak Harto lengser. Ia tidak tahu bila masih ada keris atau tombak yang belum dikembalikan.

Keterangan dari Nenok ini dibantah oleh KGPH Puspo Hadikusumo. Putra ketiga PB XII ini termasuk 10 orang dari 35 putra-putri PB XII yang mendapat kepercayaan memelihara pusaka kraton. Saat itu dia dipercaya bersama KGPH Hangabehi (putra pertama PB XII) dan KGPH Hadi Prabowo (putra kedua).

Menurut pria yang tidak mau terlibat konflik suksesi Raja Solo, yang meminjam pusaka wayang dan gamelan adalah Presiden Soekarno. Yang dipinjam saat itu adalah seperangkat wayang pusaka kraton yang bernama Kiai Kadung dan saat ini sudah dikembalikan.

Mengenai pusaka yang dipinjam Soeharto, Nenok enggan menjelaskan apakah pusaka itu saat ini telah dikembalikan ke kraton. Namun dia berharap, jika memang ada inisiatif dari keluarga Cendana untuk mengembalikan pusaka, sebaiknya pihak kraton mau menerimanya.

"Saya tidak tahu pusaka apa yang akan dikembalikan. Namun Jika pihak Cendana merasa pusaka itu telah memberati kehidupan Pak Harto sebaiknya diterima saja. Tidak ada jeleknya membantu kesulitan orang," lanjutnya.

Namun dia berpesan pihak kraton memeriksa dengan seksama, sebab bukan tidak mungkin keluarga Cendana salah mengidentifikasi pusaka. Yang mengetahui persis pusaka itu hanya Sinuhun, Pak Djono, Mbah Mloyo, dan Pak Harto sendiri. Yang tiga sudah wafat, sedangkan Pak Harto juga sudah lemah ingatannya.

"Jangan-jangan yang pusaka yang akan dikembalikan itu bukan milik Kraton Surakarta. Mungkin Pak Harto juga meminjam dari tempat lain," kata Puspo.

Wajarlah Kraton Solo bersikap hati-hati. Selama berkuasa, Soeharto memang dikenal gemar mengoleksi pusaka. Salah satu pejabat di Setneg yang bertahun-tahun mengikuti Soeharto, pernah berkisah tentang koleksi pusaka itu kepada pengamat politik asal Solo, MT Arifin.

Dikisahkan, penguasa Orde Baru itu memiliki pusaka dari Bali. Pusaka itu berupa patung yang konon dapat berubah dan bisa memberikan informasi secara tepat.

Yang Tercecer dari Perang Ambarawa

Ada sebuah kisah di balik perang mempertahankan kemerdekaan di Ambarawa, Jawa Tengah. Saat itu Soeharto ikut berperang sebagai pihak pejuang. Ternyata dalam perang itu, Soeharto yang banyak dipercaya memiliki "kesaktian" malah melarikan diri.

Kisah itu diceritakan ayah RM Adjikoesoemo, salah seorang paranormal di Yogyakarta. Dari cerita ayahnya itulah, Adjikoesoemo tidak yakin Soeharto yang berumur panjang itu sangat sakti.

"Jadi kalau sakti, berarti tidak sakti-sakti banget kan?" kata cucu GBPH Pudjokusumo, adik Sri Sultan Hamengku Buwono IX itu.

Soeharto pada 8 Juni lalu genap berusia 85 tahun. Di masa usia senjanya, usai lengser dari presiden, badan Soeharto mulai sakit-sakitan. Setidaknya selama 7 tahun ia didera penyakit sehingga harus keluar masuk rumah sakit.

Selain tubuh yang sakit-sakitan, Soeharto juga tidak lagi menyaksikan kesuksesan dan nama harum menyertai keluarganya. Justru kehancuran demi kehancuran harus ia lihat. Awalnya adalah Hutomo Mandala Putra alias Tommy. Putra bungsu Soeharto itu masuk penjara karena terlibat pembunuhan hakim agung Syafiudin Kartasasmita.

Setelah itu Soeharto melihat kehancuran rumah tangga putra-putrinya. Satu per satu rumah tangga anak-anaknya retak. Terakhir keluarga Bambang Trihatmodjo-Halimah geger gara-gara artis Mayangsari. Bambang bahkan sempat ditempeleng oleh anaknya sendiri, Panji.

Bagi seorang mantan presiden, kisah memalukan putra-putrinya tentu merupakan pukulan yang sangat berat. Apalagi Soeharto pernah merasakan pahitnya akibat perceraian ayah-ibunya, Sukirah dengan Kertorejo. Saat itu Soeharto baru berumur 5 minggu.

Akibat perceraian itu, Soeharto harus dititipkan kepada bibinya. Soeharto sendiri sepanjang hidupnya dikenal hanya memiliki satu istri, Siti Hartinah yang lebih dulu meninggal dunia. Setelah Ibu Tien meninggal, Soeharto pun tidak menikah lagi.

Menyaksikan morat-marit perjalanan hidup putra-putrinya, Soeharto seperti mendapatkan karma di masa tuanya. Paranormal Permadi lebih mempercayai karena karma itulah, mantan presiden kedua Indonesia itu diberi umur panjang oleh Tuhan.

Soeharto bagi Permadi memang memiliki kekuatan mistis. Tapi, sama dengan Adjikoesoemo, Permadi tidak yakin ilmu mistis yang dimiliki Soeharto bisa mendatangkan kesaktian yang luar biasa.

"Pak Harto itu kena karma karena telah merugikan rakyat Indonesia. Merugikan
banyak orang dengan perbuatan-perbutannya di masa lalu. Termasuk merugikan Bung Karno dan keluarganya," papar Permadi.

Terlebih lagi umur panjang Soeharto juga tidak memberikan berkah pada negara ini. Umur itu justru membebani negara yang harus menyelesaikan kasus korupsinya karena Soeharto sakit-sakitan.

Sakit Soeharto sendiri tergolong cukup aneh. Dalam tiga tahun terakhir ini, penyakit itu kambuh setiap akhir April dan bulan Mei. Tahun 2006 ini misalnya, Soeharto masuk Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) pada 4 Mei dan keluar RSPP pada 31 Mei.

Pada tahun sebelumnya, ia masuk RS pada 5 Mei 2005. Tahun 2004, mengalami pendarahan saluran pencernaan pada 29 April dan diumumkan membaik pada 2 Mei. Pada 2003, kesehatan Soeharto juga memburuk dan masuk RSPP pada 29 April.

Akibat keanehan itu, tidak sedikit yang mencurigai sakit Soeharto merupakan rekayasa. Apalagi sakit itu sering kali kambuh jika Kejaksaan Agung akan mengutak-atik kasus korupsinya.

Dengan kekuasaan yang pernah dipegangnya serta uang banyak yang masih dimilikinya, ibaratnya tidak ada yang tidak mungkin bagi Sang Jenderal Tersenyum itu. "Dengan uang banyak, Soeharto bisa saja mengatur rumah sakit," kata Adjikoesoemo.

Namun semua yang ada di dunia ini tidaklah abadi. Kekuasaan, kekayaan, penderitaan, kebohongan, akan ada waktunya untuk berakhir. Demikian pula kasus Soeharto yang terus berlarut-larut selama ini, pada akhirnya pasti akan bertemu endingnya.

Mistis VS Medis

Hari-hari berlalu sangat monoton. Pria sepuh itu harus kembali menjadi anak balita. Latihan berjalan, latihan duduk, latihan makan, dan latihan berbicara. Semua harus diulang-ulang dan dilakukan hanya di dalam kamar.

Begitulah hari-hari Soeharto setelah pulang dari Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) pada 31 Mei 2006. Melalui hari-hari menjemukan itu, remang-remang Soeharto pasti mengingat masa kecilnya. Ia mungkin ingat cerita tentang Mbah Kromo.

Bayi Soeharto saat itu belum genap berusia 40 hari saat dititipkan kepada Mbah Kromo. Mbah Kromo adalah dukun bayi dan saudara ibu Soeharto, Sukirah, yang menolong kelahiran Soeharto. Putra kelahiran Desa Kemusuk itu dititipkan kepada Mbah Kromo karena ibunya sakit dan tidak bisa menyusui.

Mbah Kromolah yang mengajarnya berdiri dan berjalan. Bersama Mbah Kromo, Soeharto kecil dalam gendongan sering diajak ke sawah, membalik-balik tanah, menggaru.

Dalam otobiografinya, Soeharto : Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya, Soeharto mengakui, kenangan masa kecil yang tak pernah dilupakannya adalah memberi komando pada kerbau tatkala membajak. Maju, belok kiri atau belok kanan. Ia juga suka bermain air, bermandi lumpur atau mencari belut, ikan kegemarannya sampai usia tua.

Mungkin Soeharto juga terkenang masa-masa saat Sekolah Menengah Pertama di Muhammadiyah di Yogya. Ia harus mengayuh sepeda buntut untuk berangkat dan pulang sekolah. Dan tatkala sudah bekerja menjadi klerek bank, Soeharto pun kembali harus berkeliling dengan sepedanya.

Mengenakan pakaian Jawa lengkap, kain blangkon dan baju beskap, Soeharto muda berkeliling menemui para petani, pedagang kecil dan pemilik warung yang akan mengajukan permohonan pinjaman pada bank.

Bisa jadi Soeharto terkenang pada kegemarannya melakukan tapa kungkum. Tapa kungkum, dipercaya bisa membangun kekuatan fisik agar lebih kuat dan tahan terhadap serangan penyakit.

Tapi kini kondisi Soeharto sangat berbeda. Ia sakit-sakitan. Sejumlah organ pentingnya sudah tidak berfungsi normal. Otaknya mengalami kerusakan permanen baik sel otak kiri maupun kanan. Sementara jantung memakai alat pacu agar tetap berfungsi. Paru-paru dan ginjalnya juga sudah menurun fungsinya.

Dengan kondisi seperti itu, dokter kepresidenan yang merawat Soeharto tidak bisa memastikan peluang lama waktu pria sepuh itu bertahan hidup. Dokter masih berusaha terus mempertahankan para-paru Soeharto.

Kondisi sakit-sakitan itu pun menjadi gunjingan. Banyak yang beranggapan dengan tidak berfungsinya otak ya otomatis, orang disebut meninggal. Dalam ilmu kedokteran memang mengenal kerusakan batang otak atau mati suri. Tapi istilah ini, menurut anggota tim dokter kepresidenan dokter Mardjo Soebiandono, tidak bisa diterapkan pada Soeharto.

Definisi klinis meninggal dunia, adalah paru-paru berhenti, jantung berhenti dan semua organ tubuh berhenti. Dengan demikian, secara klinis Soeharto tetap masih hidup, hanya saja mengalami penurunan fungsi organ. "Makanya saya juga heran, kok banyak orang yang menyebutkan meninggal dunia, itu dari mana?" protes Mardjo.

Mardjo pun mengaku sering mendengar anggapan Soeharto berumur panjang dan sulit meninggal karena mempunyai kekuatan mistis. Tapi Mardjo tidak mempercayainya. Sama dengan Mardjo, pengacara Soeharto Juan Felix dan Assegaf juga tidak percaya Soeharto punya ilmu mistis. Apalagi Soeharto rajin salat lima waktu.

Dibandingkan sisi mistis, urusan panjang umur Soeharto lebih masuk akal dengan penjelasan secara medis. Kesehatan Soeharto telah terpelihara sejak muda karena
olahraga dan aktivitas fisik yang dilakoninya. Naik sepeda, kungkum, naik gunung adalah aktivitas yang akrab dengan Soeharto muda.

Aktivitas fisik juga tidak ditinggalkan Soeharto ketika telah menjadi presiden. Ia sering diberitakan main golf. Orang dekatnya pun menyatakan putra Sukirah-Kertorejo itu tetap rajin tapa kungkum dan naik gunung.

Setelah lengser dari presiden, Soeharto pun sangat beruntung bila dibandingkan orang sepuh lainnya. Kesehatannya mendapatkan perawatan maksimal dari dokter profesional. "Pak Harto mempunyai dokter pribadi yang selalu mengawasi kondisinya setiap hari," kata Assegaf.

Selain dokter pribadi, Soeharto juga masih mendapat perhatian dari dokter kepresidenan. Para dokter ini pula yang mengatur pola makan Soeharto dengan disesuaikan dengan umur dan penyakitnya. Sekarang misalnya, ia dilarang makan makanan yang pedas-pedas. Wajib mengonsumsi vitamin, dan obat-obatan tertentu.

Dengan pengawasan dokter yang demikian ketat, tentu keluhan sakit Soeharto sedikit saja langsung bisa terdeteksi. Tanpa ilmu mistis pun, dengan pemantauan ketat itu, sangat masuk akal bila kesehatan Soeharto terjaga sehingga berumur panjang.

Memburu Ilmu Soeharto
(kolom Didik Supriyanto )

Banyaknya pejabat yang menjenguk Soeharto yang dirawat di RSPP sejak 4 Januari 2008. Ini sangat bisa dimengerti. Soeharto yang saat ini berusia 87 tahun, pernah menjadi presiden selama 32 tahun sehingga hampir semua pejabat saat ini adalah bekas anak buahnya. Hubungan senior-yunior atau bapak-anak itu mesti dijaga karena tanpa senior/bapak, yunior/anak tak mungkin menjadi seperti sekarang. Inilah mungkin kesempatan terakhir untuk bertemu dan memberi hormat.

Dalam perspektif Jawa, menjenguk orang hebat yang hendak menemui ajal, bukanlah sekadar memberi hormat. Lebih dari itu, para penjenguk bisa berharap akan kejatuhan ilmu yang dimiliki orang yang dijenguknya. Sebab, bagi orang Jawa, tidak ada orang kuat, tidak ada pemimpin hebat, tanpa ilmu yang kuat dan hebat pula. Dan ilmu-ilmu itu akan lepas bersamaan dengan lepasnya nyawa dari yang empunya.

Berbeda dengan konsep Barat, ilmu dalam khasanah Jawa adalah sesuatu yang konkret. Jika di Barat ilmu berarti kemampuan otak manusia dalam menampung dan mengolah informasi dan pengetahuan; dalam tradisi Jawa, ilmu adalah hasil dari laku prihatin, misalnya lewat puasa dan bertapa, yang mewujud dalam bentuk benda-benda, seperti cincin, ikat kepala, keris yang memiliki bahkan merasuk dalam tubuh yang empunya. Itulah kasekten. Sesuatu yang membuat orang menjadi sakti, berilmu.

Demikian juga dalam soal kekuasaan. Orang Barat melihat kekuasaan adalah sesuatu yang abstrak: kekuasaan adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi, menggerakkan atau memaksa orang lain. Sementara menurut orang Jawa, kekuasaan adalah sesuatu yang dijatuhkan dari atas kepada orang-orang tertentu. Kekuasaan adalah wahyu, yang hanya diperoleh orang-orang terpilih. Wahyu selalu manjing dalam raga, juga diikuti oleh benda-benda sakti lainnya.

Nah, dalam konteks demikian, maka bisa dimengerti bila Soeharto sakit dan kritis, maka para pejabat datang berduyun. Ya, mereka hendak memberi penghormatan terakhir, tapi dalam hatinya mungkin juga berharap akan mendapatkan ilmu dan wahyu yang pernah dimiliki Soeharto. Tak ada yang salah, sebab dalam tardisi Jawa tindakan praktis itu juga kerap dilakukan para pendahulu. Artinya, tanpa laku prihatin, tanpa puasa dan pertapa, jika ilmu atau wakhyu itu mau jatuh ke seseorang, ya jatuhlah.

Oleh karena itu pula, siapapun sesungguhnya punya peluang untuk kejatuhan ilmu dan wahyu yang sempat dimiliki Soeharto. Makannya jangan heran, setiap Soeharto sakit, pada radius 500 meter dari RSPP banyak orang pintar berkumpul. Mereka datang dari pelosok Jawa bahkan penjuru tanah air. Mereka berharap bisa menangkap atau kejatuhan ilmu atau wahyunya Soeharto yang hendak terbang dari raga. Mereka punya peluang yang sama dengan para pajabat yang keluar masuk rumah sakit.

* Didik Supriyanto adalah wartawan detikcom. Ia pernah menjadi anggota Panitia Pengawasan Pemilu Panwaslu. Kolom Memburu Ilmu Soeharto muncul di detikcom pada 14 Januari 2008.

Soeharto: Die Hard (1)

3. Astana Giribangun Menanti

12 Januari 2008. Dua tank kavaleri berjaga di depan pintu gerbang Astana Giribangun. Dua tank itu didatangkan langsung dari Kodam Diponegoro Semarang ke kompleks pemakaman keluarga Soeharto di Karanganyar.

Sementara jalan menuju Astana Giribangun dari mulai perempatan Karang Pandan dijaga ketat. Setiap 500 meter ada 2-3 polisi menggunakan mobil patroli. Pendek kata, kondisi Astana Giribangun saat itu benar-benar tegang seperti ada sesuatu yang besar yang akan segera terjadi.

Suasana semakin mencekam ketika para petinggi militer dan polisi di Jawa Tengah, Pangdam Diponegoro Mayjen TNI Agus Suyitno, Kapolwil Surakarta Kombes Polisi Yoce Mende dan Kapolda Jateng Inspektur Jenderal Doddy Sumantyawan, tiba-tiba juga melakukan inspeksi di Astana Giribangun. Tidak hanya mereka, Bupati Karanganyar Rina Iriani dan Bupati Wonogiri Begug Poernomosidi juga ikut datang.

Pada hari itu, Soeharto yang tengah dirawat di RSPP, menurut Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari, sempat berhenti bernafas. Maka tidak aneh, jika Astana Giribangun menjadi sibuk melakukan berbagai persiapan. Karena di sinilah keluarga Soeharto di makamkan. Di sini pula sudah disiapkan makam untuk Soeharto jika meninggal.

Meski kemudian Soeharto dinyatakan selamat dari kritis dan masih hidup, kesibukan di Astana Giribangun tidak berhenti. Keesokan harinya, ratusan kursi , tenda dan soundsistem yang biasa dipakai saat ada orang yang meninggal, disiapkan di kompleks pemakaman yang terletak di Karanganyar ini.

Hari selanjutnya, sejumlah petugas DLLAJ memasang rambu lalu lintas baru di pertigaan Karang Pandan, jalan yang berjarak sekitar 3 km dari Astana Giribangun itu. Rambu penunjuk arah berwarna biru itu bertuliskan 'Astana Giribangun' dengan tanda panah berwana putih. Selain rambu tersebut, ada juga palang besi yang bertuliskan dilarang melintas. Namun palang tersebut belum dipasang.

Kemudian hari berikutnya lokasi makam keluarga Cendana ini ditutup. Di gerbang depan terlihat penjagaan yang lebih ketat. Di balik gerbang, 2 petugas bersafari tampak berjaga-jaga. Sedang di luar gerbang terlihat 3 petugas Polres Karanganyar turut pula berjaga. Petugas sibuk membersihkan kompleks makam utama.Tidak ada satu pun yang diperkenankan masuk, termasuk para wartawan yang sebelumnya bebas melenggang.

Makam Trah Mangkunegaran Terakhir

Astana Giribangun ikut mendapat sorotan besar terkait kondisi kritis Soeharto. Sebenarnya Soeharto sendiri yang meminta agar dimakamkan di komplek pemakaman ini. Wasiat ini termuat dalam otobiografinya yang blak-blakan Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya.

Dalam buku itu, Soeharto menjelaskan, istrinya, Siti Hartinah dan Yayasan Mangadeg Surakarta sudah membangun makam keluarga di Mangadeg, tepatnya di Astana Giribangun. ”Dengan sendirinya saya pun akan minta dimakamkan di Astana Giribangun bersama keluarga. Kami tidak mau menyusahkan anak cucu kami, jika mereka nanti ingin berziarah,” kata Soeharto dalam buku tersebut.

Soeharto mungkin menyadari wasiat soal pemakamannya itu aneh karena ia saat itu masih hidup. Tapi ia mempunyai alasan sendiri soal wasiat minta dimakamkan di Astana Giribangun itu. Masih dalam Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, jendral besar ini berkata, memang saya pun mendengar orang bicara, bahwa belum juga saya mati, saya sudah membuat kuburan. Padahal yang sebenarnya, kuburan itu kami buat untuk yang sudah meninggal, antaranya untuk ayah kami (mertua saya). Selain itu, pikiran saya menyebutkan, "Apa salahnya, sebab toh akhirnya kita akan meninggal juga." Kalau mulai sekarang kita sudah memikirkannya, itu berarti kita tidak akan menyulitkan orang lain. Asalkan tidak menggunakan yang macam-macam, apa jeleknya?

Seperti apa Astana Giribangun sebenarnya? Bagaimana pula sejarahnya?


Kompleks Astana Giribangun yang megah dan luas berada di lereng barat Gunung Lawu. Tepatnya terletak di Desa Karang Bangun, Matesih, Karanganyar, sekitar 40 kilometer arah timur kota Solo.


Makam itu dibangun di atas sebuah bukit, tepat di bawah Astana Mangadeg, kompleks pemakaman para penguasa Istana Mangkunegaran, salah satu pecahan dinasti Mataram. Jika Astana Mangadeg berada di ketinggian 750 meter dpl, Giribangun pada 666 meter dpl.

Pemilihan posisi berada di bawah Mangadeg itu bukan tanpa alasan; untuk tetap menghormati para penguasa Mangkunegaran, mengingat Ibu Tien Soeharto mengaku keturunan Mangkunegoro III. Bahkan Giribangun disebut sebagai makam yang dikhususkan untuk keluarga Mangkunegaran yang keduabelas atau yang paling akhir.

Kompleks makam ini mulai dibangun pada tahun 1974 dan diresmikan penggunaannya para tahun 1976. Peresmian itu ditandai dengan pemindahan abu jenazah Soemaharjomo (ayahanda Tien Soharto) dan Siti Hartini Oudang (kakak tertua Ibu Tien), yang keduanya sebelumnya dimakamkan di Makam Utoroloyo, salah satu makam keluarga besar keturunan Mangkunegaran yang berada di Kota Solo.

Astana Giribangun yang luas terdiri dari beberapa bagian. Di antaranya adalah bagian utama yang disebut Cungkup Argosari yang berada di dalam ruangan tengah seluas 81 meter persegi dengan dilindungi cungkup berupa rumah bentuk joglo gaya Surakarta beratap sirap. Dinding rumah terbuat dari kayu berukir gaya Surakarta pula.

Di ruangan ini hanya direncanakan untuk lima makam. Saat ini paling barat adalah makam Siti Hartini, di tengah terdapat makam pasangan Soemarharjomo (ayah dan ibu Tien) dan paling timur adalah makam Ibu Tien yang meninggal pada 1996. Tepat di sebelah barat makam Ibu Tien terdapat sebuah tempat yang disebut sebagai "cadangan", yang nantinya diperuntukkan bagi Pak Harto.

Masih di bagian Argosari, tepatnya di emperan cungkup seluas 243 meter persegi, terdapat tempat yang direncanakan untuk makam 12 badan. Rencananya di tempat inilah anak-anak dan para menantu Soeharto dimakamkan. Namun ketika sekarang ada anak Soeharto yang memilih hidup sendiri setelah mengalami kegagalan berkeluarga, kurang jelas siapakah nanti yang harus memenuhi areal untuk 12 badan itu.

Di selasar cungkup seluas 405 meter persegi terdapat areal untuk 48 badan. Yang berhak dimakamkan di tempat itu adalah penasihat, pengurus harian serta anggota pengurus Yayasan Mangadeg yang mengelola pemakaman tersebut. Termasuk yang berhak dimakamkan di tempat itu adalah pengusaha Sukamdani Sahid Gitosardjono beserta istri.

Bagian yang berada di luar lokasi utama adalah Cungkup Argokembang seluas 567 meter persegi. Tempat ini tersedia tempat bagi 116 badan. Yang berhak dimakamkan di lokasi itu adalah para pengurus pleno dan seksi Yayasan Mangadeg ataupun keluarga besar Mangkunegaran lainnya yang dianggap berjasa kepada yayasan yang mengajukan permohonan untuk dimakamkan di astana tersebut.

Paling luar adalah Cungkup Argotuwuh seluas 729 meter persegi. Tempat ini tersedia tempat bagi 156 badan. Seperti halnya Cungkup Argokembang, yang berhak dimakamkan di lokasi itu adalah para pengurus Yayasan Mangadeg ataupun keluarga besar Mangkunegaran lainnya yang mengajukan permohonan.

Pintu utama Astana Giribangun terletak di sisi utara. Sisi selatan berbatasan langsung di jurang yang di bawahnya mengalir Kali Samin yang berkelok-kelok indah dipandang dari areal makam. Terdapat pula pintu di bagian timur kompleks makam yang langsung mengakses ke Astana Mangadeg.

Selain bangunan untuk pemakaman, terdapat sembilan bangunan pendukung lainnya. Di antaranya adalah masjid, rumah tempat peristirahatan bagi keluarga Soeharto jika berziarah, kamar mandi bagi peziarah utama, tandon air, gapura utama, dua tempat tunggu atau tempat istirahat bagi para wisatawan, rumah jaga dan tempat parkir khusus bagi mobil keluarga.

Di bagian bawah, terdapat ruang parkir yang sangat luas. Di masa Soeharto berkuasa, di arel ini terdapat puluhan kios pedagang yang berjualan souvenir maupun makanan untuk melayani peziarah dan wisatawan. Namun semenjak kini tempat itu menjadi sangat sepi, seiring sepinya pendatang dari kalangan umum.

Petuah untuk Ksatria Utama

Di sudut barat daya bangunan megah Cungkup Argosari, terpampang sebuah tulisan yang dipetik dari Serat Wedatama, sebuah karya sastra Jawa klasik karya Mangkunegoro IV. Bunyi kutipan dalam tembang pucung itu adalah:

lila lamun kelangan nora gegetun
trimah yen ketaman
saserik sameng dumadi
tri legawa nalangsa srahing bathara


(ikhlas, jika kehilangan tiada kan menyesal
menerima dengan lapang jika mendapatkan
kebencian dari sesama
legawa dan menyerahkan segalanya kepada Yang Kuasa)

Bait itu adalah petikan dari sebuah petuah Mangkunegoro IV kepada anak cucunya jika ingin menjadi seorang ksatria utama. Ksatria pilihan harus pantang menghindar dari kewajibannya, menjalankan darma baktinya, dan siap menerima risiko apa pun sebagai konsekuensi sebuah pilihan.

Tidak jelas juga, apakah diamnya Soeharto terhadap segala cercaan dan tudingan setidaknya selama hampir sepuluh tahun terakhir ini adalah bagian dari penerimaannya sebagai ksatria seperti yang dianjurkan leluhur istrinya. Namun yang jelas, hingga kini dia belum pernah melakukan reaksi terbuka.

Dia tetap memilih diam ketika nasib hukumnya terus menggantung tanpa kejelasan. Dia tetap memilih diam di saat pihak-pihak yang berbeda pandangan beradu pendapat mengenai solusi yang elegan untuk kasus hukum yang mendera.

Ikhlas, jika kehilangan tiada kan menyesal. Dia memang, setidaknya secara de jure telah kehilangan kekuasaan sejak 1998. Mestinya dia telah mematuhi petuah Mangkunegoro IV agar ikhlas jika kehilangan apa pun, karena saat itu mekanisme yang dia pilih adalah mengundurkan diri.

Menerima dengan lapang jika mendapatkan kebencian dari sesama. Dengan tetap diam menyungging senyum khasnya, mestinya orang akan meraba bahwa dia telah lapang dada dan memposisikan dirinya sebagai sasaran tembak bagi para pengkritiknya.



Pak Harto & Sambernyowo

(Kolom Djoko Suud Sukahar )

Pak Harto sangat kritis. Masih terbaring lemah di RSPP Jakarta. Jika dilihat dari usia dan banyaknya organ tubuh yang tidak berfungsi, maka tidak ndisiki kerso, Pak Harto rasanya mendekati hari akhir.

Kita tidak perlu menipu diri sendiri. Takdir manusia memang seperti itu. Dari tanah kembali ke tanah. Dan tiap yang hidup akan menuju kematian. Itu pula makna kuburan, yang diidentifikasi sebagai rumah masa depan.

Rumah masa depan Pak Harto sudah disiapkan. Astana Giri Bangun adalah kompleks pemakaman keluarga Cendana. Terletak di kabupaten Karanganyar, Matesih, Mangadeg, dimana Ibu Tien Soeharto juga dikebumikan.

Kawasan Mangadeg bukan area pemakaman tunggal. Di lokasi ini sebelumnya juga berdiri makam, tempat jasad Sambernyowo dikebumikan. Letak kuburan pendiri trah
Mangkunegaran itu tak jauh. Hanya ratusan meter dari astana Giri Bangun.

Sambernyowo adalah Raden Mas Said. Merupakan pahlawan rakyat Jawa Tengah, khususnya Surakarta dan Kartasura. Itu karena keberaniannya menentang penjajah Belanda, juga kesaktiannya. Sang Hero ini diyakini bisa menghilang, memporak-porandakan lawan tanpa perlu balatentara, dan persenjataan modern.

Konsep tijitibeh, mati siji mati kabeh, diberlakukan. Merealisasi perang gerilya melalui pengamatan di Gunung Gambar. Dan dengan kejeniusannya, maka Tridharma yang kemudian diadopsi sekarang ini disosialisasikan untuk memotivasi rakyat mencintai dan
loyal terhadap kerajaannya.

Kehebatan Sambernyowo itu tak sekadar membuat rakyat kagum. Mistisisme Jawa telah membawanya pada tingkat kekaguman yang lebih tinggi. Sang raja terangkat menjadi tokoh mistis, yang dipuji sekaligus secara metafisis ditempatkan sebagai pepunden.

Ini yang menjadikan pembangunan astana (makam) Giri Bangun pada awalnya disoal. Sebagian rakyat belum bisa menerima pembangunan makam di dekat makam Sambernyowo yang dikultuskan itu. Malah ada sebagian rakyat yang selalu menghubung-hubungkan musibah dan prahara dengan keberadaan Astana Giri Bangun yang baru dibangun.

Dan ketika terjadi musibah longsor baru-baru ini, maka korban jiwa yang banyak disebutnya sebagai tumbal, termasuk tanaman anthurium yang berharga miliaran itu.
Bagaimana dengan klan Mangkunegaran sendiri? Ternyata, disana juga ada sesal yang tak terucapkan.

Kini, hari-hari ini, jika asumsi banyak pihak terhadap kekritisan phisik Pak Harto menjadi kenyataan, maka rasanya, borok lama itu akan kembali terkuak. Adakah di alam metafisis juga sedang terjadi pro-kontra soal nasib Pak Harto? Wallahua'lam bissawab.

Rasanya benar jawaban abdi dalem Mangkunegaran kalau ditanya soal Sambernyowo di Gunung Gambar. Sedang apakah Sambernyowo? Jawab mereka, "Gusti Pangeran
sedang nggambar negoro."

* Djoko Suud Sukahar adalah pemerhati budaya. Kolomnya secara rutin menghiasai detikcom. Kolom ”Pak Harto dan Sambernyowo” muncul di detikcom 16 Januari 2008.

Soeharto: Die Hard (1)

5. Kisah Di Balik Berita

Soeharto ibarat keping mata uang. Ada dua wajah pada pria itu yang terus menimbulkan pro kontra. Pesonanya tidak lantas pudar meski tidak lagi berkuasa. Kendati ia telah lengser hampir satu dasawarsa, tidak sedikit orang yang memuja Soeharto. Tapi di sisi lain, banyak pula kelompok yang membencinya . Maklumlah selama 32 tahun ia berkuasa, tentu tidak hanya putih yang ditorehkan untuk negeri ini. Tapi juga warna hitam. Tidak hanya jasa yang ia sumbangkan, tapi juga dosa yang diwariskan.

Maka ketika awal tahun 2008, ia kritis dan harus dirawat berhari-hari di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan, banyak kalangan menjadi sibuk. Tidak hanya keluarga Cendana saja yang panik. Sakit Soeharto telah membuat heboh bangsa Indonesia. Presiden SBY dan Wapres Jusuf Kalla, anggota DPR, tokoh agama, para cendekia, paranormal tokoh hukum, tentara, polisi, sampai rakyat biasa, semua memberi perhatian.

Salah satu pihak yang juga dibuat pontang-panting adalah wartawan. Sakitnya Soeharto, tentu menjadi salah satu moment bersejarah yang tidak boleh dilewatkan. Apalagi tahun 2008 ini, pria sepuh itu akan berusia 87 tahun, usia yang sering kali menjadi akhir dari perjalanan hidup seseorang.

Begitu tahu Soeharto sakit pada 4 Januari 2008, wartawan langsung menyanggongi RSPP dan Cendana. Dalem Kalitan Solo dan Astana Giribangun pun tidak luput dari pantauan wartawan. Para kuli disket ini memburu semua sumber yang bisa diminta informasi. Jumpa pers tim dokter yang menangani Soeharto tentunya menjadi menu rutin. Tapi informasi dari dokter saja tidak cukup bisa dijadikan andalan untuk membuat berita yang menarik.

Semua orang yang datang menjenguk pun menjadi buruan wartawan. Begitu SBY datang misalnya maka wartawan pun berebut mendekat, berdesakan untuk mendapatkan posisi terbaik. Meskipun akhirnya Pak Presiden ternyata tidak mau memberikan satu pernyataan sedikitpun usai membesuk Soeharto.

Demikian pula ketika tokoh lainnya mengalir berdatangan, para kuli disket ini pun dengan sigap langsung mengerubutinya. Ada yang mengambil gambar, menyodorkan mike, menyodorkan handrecord, megang pensil dan mencoret-coretkan tulisan di notes. Pokoknya semua kegiatan terkait reportase otomatis akan digeber.

Untuk melancarkan tugas, wartawan pun harus pandai-pandai mengatur siasat. Misalnya melakukan deal dengan petugas keamanan RSPP yang melakukan penjagaan ketat. Contohnya saat, mantan Presiden BJ Habibie akan datang membesuk, wartawan membuat deal dengan satpam RSPP.

Banyak kisah seru, unik dan menarik dialami wartawan di balik liputan kritisnya Soeharto. Apa sajakah?

Pak Harto dan Rahasia Lorong Kamar Mayat RSPP

RSPP meninggalkan banyak cerita soal Soeharto. Sejak sakit setelah lengser pada 1998, berkali-kali penguasa Indonesia 32 tahun itu dirawat di situ. Setiap kali dia masuk RSPP, seperti biasa, tak pernah ada yang tahu. Tidak ada wartawan yang bisa mengabadikan gambarnya saat Soeharto pertama datang. Semua penuh rahasia.

Keluarga dan kerabat dekat Cendana selalu melakukan berbagai upaya agar kedatangan Soeharto tidak tertangkap wartawan. Bahkan, jika perlu Soeharto dilewatkan di lorong kamar mayat.

Inilah salah satu kisah yang tercecer dari sakitnya Soeharto pada 2004. Kisah lorong kamar mayat ini terjadi pada 26 April. Saat itu pada pukul 16.50 WIB, Soeharto tiba di RSPP dengan menggunakan Toyota Alphard warna hitam B 8834 AT.


Kedatangan Soeharto ini seperti biasa, penuh rahasia. Pengunjung RSPP yang ramai itu tak mengetahui kedatangan Soeharto. Lalu lewat pintu mana? Ternyata, ya itu tadi, lewat pintu belakang yang merupakan lorong menuju kamar mayat RSPP.

Penguasa Orde Baru itu diantar anaknya Tutut, Mamiek, dan Sigit. Kemudian menyusul anaknya Bambang dan istrinya Halimah, serta Ketua Umum Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) R Hartono.

Mobil yang ditumpangi Soeharto berhenti tepat di depan kamar mayat RSPP. Mantan presiden itu kemudian turun dari mobil, kemudian dibawa melalui pintu belakang, lorong menuju kamar mayat untuk dirawat di lantai 6 RSPP.

Koran, Sleeping Bag Sampai Anti Nyamuk

Wartawan biasanya mudah dikenali dengan perlengkapan yang dibawanya. Kamera, tape recorder, notes kecil, ID card, sudah cukuplah untuk menegaskan identitas pemburu berita. Tapi untuk liputan kondisi kritisnya Soeharto, perlengkapan perang wartawan bertambah. Koran, sleeping bag (kantong tidur) dan krim anti nyamuk menjadi barang wajib yang kudu dibawa saat meliput penguasa Orde Baru itu.

Perlengkapan ini setidaknya dibawa para wartawan yang berjaga di kediaman Soeharto di Jalan Cendana No. 8, Menteng, Jakarta Pusat. Puluhan wartawan yang terus menanti di komplek elit tersebut terpaksa harus tidur di trotoar.

Berbagai peralatan pun disiapkan agar penantian terasa lebih nyaman. Ada yang membawa koran bekas untuk alas duduk atau tidur di trotoar. Lainnya membawa sleeping bag. Sebagian lainnya, memilih hanya mengenakan jaket super tebal. Maklum saja, udara di Jakarta hari-hari terakhir ini memang cukup dingin. Angin yang berhempus pun terasa cukup kencang.

"Pakai anti nyamuk dulu, biar nggak digigitin," kata salah satu wartawan televisi sambil mengoleskan lotion ke tangannya.

Selain harus tidur di trotoar, wartawan yang meliput di Cendana juga kesulitan mencari tempat membuang hajat. Untung saja, tak jauh dari rumah Soeharto, ada rumah yang sedang dibangun dan ada kamar mandi yang bisa digunakan.

Flu, Tambah Gemuk & Boros

Wajah kusam dan tampak sayup terlihat di sebagian wajah wartawan yang meliput mantan Presiden Soeharto di RS Pusat Pertamina. Maklum, Rabu, 16 Januari 2008, wartawan genap 13 hari menunggu perkembangan Pak Harto

Salah seorang wartawan elektronik Fadhil (24) mengaku sudah 11 hari menunggui Soeharto di RSPP. Kalaupun istirahat dan pulang hanya kurang dari sehari saja. Setelah itu kembali bertugas hingga lebih dari 10 jam. Bahkan dirinya sering menginap di RSPP.

"Iya nih, badan ngedrop juga. Karena disuruh kantor standby terus siaga satu. Istirahat jadi nggak tenang," keluhnya saat berbincang-bincang di sela-sela liputan di RSPP..

Fadhil juga mengaku sejak ditugaskan di RSPP, biaya yang dikeluarkannya untuk konsumsi juga membengkak dibanding hari-hari biasa. Dia mencontohkan harga nasi goreng yang mencapai Rp 9.000 sepiringnya. "Masa nasi sama udang tahu saja sampai Rp 11.000. Parkir motor 14 jam Rp 9.000," cetusnya sambil mengisap rokok.

Cerita yang sama juga dikatakan Dodo, wartawan sebuah TV. Di hari ke-10 dia terkena flu cukup berat. "Pulang dari rumah sakit malah sakit. Pas terakhir-terakhir ini aja kena flu. Gimana nggak, tidur di luar cuma beralas matras," tutur pria gemuk ini.

"Tapi beratku malah tambah lho. Terakhir beratku 84 kg. Belum tahu sekarang. Wong di sini makan terus," celetuknya.

Meski demikian, wartawan peliput Soeharto, termasuk Fadhil dan Dodo, menerima tugas peliputan tersebut dengan gembira. Sebab menurut mereka, meliput Presiden RI kedua tersebut adalah pengalaman bersejarah bagi mereka.



Roti Ny Sudwikatmono & Pijat Mas Gito

Duka meliput Soeharto adalah kadang tak sempat untuk membeli makanan karena khawatir kehilangan moment. Padahal wartawan harus tetap menjaga stamina untuk bisa meliput kritisnya Soeharto berhari-hari yang merupakan moment yang tidak boleh dilewatkan.

Nyonya Sudwikatmono, yang juga adik ipar almarhum Ibu Tien Soeharto mungkin paham dengan kondisi ratusan wartawan yang ikut berjaga di Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP). Pada pukul 22.30 WIB, Sabtu, 12 Januari 2008 malam, saat rasa lapar mulai menerpa, dia membagikan roti gratisan kepada para jurnalis.

Bisa ditebak, roti pemberian istri adik tiri Soeharto itu, langsung diserbu para wartawan. Padahal saat itu, wartawan tengah bersiap menunggu Guruh Soekarnoputra yang juga ikut membesuk Soeharto. Roti yang dibagikan itu berada di dalam boks, yang berisi 4-5 roti.

Selain sempat tertolong roti gratisan, wartawan juga sedikit berkurang rasa capainya dengan adanya Mas Gito. Laki-laki ini adalah tukang pijat yang ikut mencari rezeki di RSPP dengan membuat lemas otot para wartawan.

Karena sentuhan Mas Gito ini begitu mengena, para wartawan pun langsung informasi berbagi dengan wartawan lain. Alhasil Gito pun laris manis. Saat pria berusia 35-an tahun ini datang dengan tas tuanya, beberapa wartawan segera menggunakan jasanya. Bayarnya cukup Rp 20-25 ribu saja.

Misteri Pembagian ID Pemakaman

Selain RSPP dan Cendana, tempat lain yang diburu wartawan terkait kritisnya Soeharto adalah Dalem Kalitan, rumah keluarga mantan presiden itu di Solo, dan Astana Giribangun, di Karanganyar.

Wartawan Solo mempunyai kisah dan ketegangan sendiri saat meliput persiapan dua tempat itu sehubungan dengan kritisnya Soeharto. Kisah itu, adalah kisah ID pemakaman. Kisah ini terjadi pada Sabtu, 12 Januari 2008. Sebelumnya pada Jumat malam, Soeharto menurut Menkes Siti Fadila Supari, sempat berhenti bernafas.

Menyusul kabar itu, Sabtu pagi di Astana Giribangun, tempat pemakaman keluarga Soeharto, dua tank kavaleri yang didatangkan langsung dari Kodam Diponegoro Semarang, berjaga di pintu gerbangnya. jalan menuju Astana Giribangun dari mulai perempatan Karang Pandan dijaga ketat polisi dan personel dari Polres Karanganyar.

Setiap 500 meter ada 2-3 polisi menggunakan mobil patroli. Namun tidak ada aktivitas yang terlalu menonjol dari lalu lintas yang di jalan yang menuju Astana Giribangun.

Siang hari pukul 11.00 WIB, Bupati Karanganyar Rina Iriani dan Bupati Wonogiri Begug Poernomosidi menyambangi Astana Giribangun. Sebelumnya Pangdam Diponegoro Mayjen TNI Agus Suyitno, Kapolwil Surakarta Kombes Polisi Yoce Mende dan Kapolda Jateng Inspektur Jenderal Doddy Sumantyawan telah melakukan inspeksi di Astana Giribangun.

Mungkin untuk mengantisipasi keadaan, Korem Warastratama Surakarta menyiapkan ID Card khusus pemakanan Soeharto untuk wartawan. ID Card berukuran 15x20 cm itu bertuliskan Pemakaman Bp Panglima Besar Jenderal Purn HM Soeharto. Sekitar 20-an wartawan telah mengurus kartu pengenal itu.

Namun kemudian pukul 14.00 WIB, Korem 074 Warastratama Surakarta menarik kembali ID Card bagi wartawan untuk meliput pemakaman Soeharto. Alasannya, ID tersebut harus ditandatangani Kasie Intel.

6. Kronologi Sakit Soeharto 1999-2008 (Lampiran)

Untuk kesekian kalinya, mantan Presiden Soeharto kembali masuk Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jumat (4/1/2007). Dalam catatan pers, sakitnya Soeharto menjadi sejarah yang panjang. Ia sudah berkali-kali masuk RS sejak lengser pada 1998.

Berikut catatan sakitnya Soeharto yang berhasil dirangkum detikcom:


1999

20 Juli 1999. Soeharto terkena stroke ringan dan menjalani pemeriksaan radiologi dan MRI di RSP Pertamina Jakarta. Kejaksaan Agung menghentikan sementara penyelidikan kasus Soeharto.

28 Juli 1999. Kesehatan Soeharto membaik. Mulut yang diberitakan miring kembali normal. Soeharto menjalani sejumlah pemeriksaan kesehatan seperti pemeriksaan kondisi syaraf secara menyeluruh (EEG) dan CT Scan

30 Juli 1999. Mantan Presiden RI ke-2 ini meninggalkan RSP Pertamina. Tim dokter yang dipimpin Dr Ibrahim Ginting, mengizinkan Soeharto pulang.

14 Agustus 1999. Sekitar pukul 09.00 WIB, Soeharto dilarikan ke RSP Pertamina. Dia harus menjalani rawat inap setelah mengalami pendarahan di usus saat hendak mengambil air wudu untuk salat subuh di kediamannya.
Soeharto kemungkinan menderita ambeien atau haemorroid akibat kebanyakan berbaring dan duduk selama proses penyembuhan, baik di RSPP maupun di rumah.

7 Oktober 1999. Tim dokter menerangkan Soeharto masih sakit sehingga tidak dapat mengikuti pemeriksaan di Kejaksaan Agung. Surat keterangan tim dokter yang ditandatangani Dr Hari Sabardi ini menekankan, keterangan
tersebut dibuat berdasarkan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara medis.


2000


14 Februari 2000. Soeharto mengalami kesulitan berkomunikasi verbal.

7 Maret 2000. Tim dokter keluarga menyatakan Soeharto yang dikatakan sakit jasmani dan rohani dibawa ke RSCM oleh Kejakgung untuk pemeriksaan ulang kesehatannya.

14 Agustus 2000. Soeharto kembali masuk RSP Pertamina untuk pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan endoskopi dan CT Scan.

23 September 2000. Soeharto foto otak di RSP Pertamina.


2001

24 Februari 2001. Soeharto menjalani operasi usus buntu di RSP Pertamina.

26 Februari 2001. Kondisi kesehatan Soeharto membaik meskipun infus belum dicabut.

13 Juni 2001. Soeharto menjalani operasi pemasangan alat pacu jantung permanen di RSP Pertamina. Tim dokter RSCM menemukan frekuensi nadi rendah. Akibatnya distribusi oksigen ke organ-organ tubuh penting, seperti
otak, ginjal, dan jantung terganggu.

17 Desember 2001. Soeharto kritis dan dibawa ke RSP Pertamina. Batuk-batuk dan sesak napas. Tensi darah 180/70 dengan suhu 38-39 derajat Celsius.

18 Desember 2001. Soeharto menderita pneumonia dengan gejala flu, batuk, demam, tidak mau makan, dan diare. Karena pertimbangan non medis seperti faktor emosional dan kultural, seperti perayaan Idul Fitri, tim dokter
memutuskan Soeharto dirawat secara intensif di rumah.

28 Desember 2001. Soeharto kembali menjalani rawat inap di RSP Pertamina selama 11 hari.


2002

14 Maret 2002. Siti Hutami Endang Adiningsih atau Mamiek, putri bungsu Soeharto, mengungkapkan kesehatan Soeharto memburuk.

15 Maret 2002. Soeharto mengalami pendarahan dan harus diinfus.

16 Maret 2002. Kesehatan Soeharto menurun. Tim dokter memberikan transfusi darah.

18 Juni 2002. Untuk membuktikan kebenaran kesehatan Soeharto telah pulih, Kejaksaan membentuk tim dokter. Lebih dari 20 dokter memeriksa kesehatan Soeharto. Tujuh diantaranya adalah tim dokter independen RSCM yang ditunjuk Kejaksaan, sisanya adalah dokter keluarga Soeharto.

12 Agustus 2002. Ketua Tim Dokter Soeharto, Akhmal Taher, mengumumkan kesehatan Soeharto lebih baik dibanding saat terserang stroke pada 1999 dan 2001. Namun kemampuan berbahasanya terganggu.

29 Oktober 2002. Soeharto berziarah ke makam Tien Soeharto di Astana Giribangun, Mangadeg, Karanganyar. Dia tampak sehat dan segar serta mampu berjalan sendiri tanpa dipapah maupun menggunakan tongkat.


2003

29 April 2003. Kesehatan Soeharto kembali memburuk dan dilarikan ke RSP Pertamina. Pendarahan saluran pencernaan sudah merembet ke jantung. Sebelumnya Soeharto telah dipasang alat pacu jantung.


2004

7 Januari 2004. Kejaksaan Agung memerintahkan Kejaksaan Negeri Jaksel memeriksa kondisi kesehatan Soeharto. Tim dokter RSCM memeriksa kesehatan
Soeharto selama tiga kali dan menyimpulkan Soeharto menderita cacat psikologi permanen.

7 Februari 2004. Mantan PM Malaysia Mahathir Mohammad mengunjungi Soeharto. Menurutnya Soeharto sehat. Hanya saja berbicaranya tidak lancar.

29 April 2004. Kesehatan Soeharto memburuk. Pendarahan saluran pencernaan kembali terjadi.

2 Mei 2004. Tim dokter RSPP mengumumkan kesehatan Soeharto membaik.


2005

5 Mei 2005. Soeharto masuk RSPP lagi dengan sakit yang sama, pendarahan usus. Namun, tim dokter menilai kondisi Soeharto relatif cukup aman. Soeharto kemudian menjalani rawat jalan. Rawat inap hingga 11 Mei 2005.


2006

4 Mei 2006. Setelah tampil di muka publik dalam beberapa kesempatan seperti pernikahan cucu dan pertemuan dengan mantan PM Singapura Lee Kuan Yew, Soeharto lagi-lagi dirawat di RSP Pertamina. Soeharto mengalami
pendarahan yang mengakibatkan penurunan kadar sel darah merah dalam darah atau Hemoglobin (Hb).

11 Mei 2006. Setelah dioperasi pada 8 Mei 2006, penguasa Orde Baru itu dioperasi lagi. Operasi ini untuk memasukkan pipa lambung sebesar jari kelingking orang dewasa ke dinding perut sebelah kiri atas

18 Mei 2006. Soeharto kritis. Soeharto dikabarkan sudah tidak bisa melakukan sejumlah aktivitas yang dilakukan sehari sebelumnya.

19 Mei 2006. Keluarga Cendana pasrah jika Soeharto dipanggil Tuhan sewaktu-waktu. Wakil Ketua Komisi II Priyo Budi Santoso menyatakan Mbak Titiek ngomong mereka sudah ikhlas jika Pak Harto dipanggil sewaktu-waktu.
Tamu yang menjenguk hanya diperbolehkan melihat dari jauh.
22222ew2d3aQSZZSasz
22 Mei 2006. Kesehatan Soeharto berangsur-angsur membaik. Meski masih dalam masa kritis, secara umum kesehatannya bertambah baik. Sudah bisa berkomunikasi dengan keluarga dan mulai menjalani fisioterapi.

25 Mei 2006. Kondisi Soeharto sudah dalam batas normal dan tenang. Pendarahan sudah berhenti. Fungsi organ tubuh relatif baik walaupun terserang pilek.

30 Mei 2006. Kesehatan Soeharto semakin membaik dan menjalani pemeriksaan electro enchephalo graph (EEG). Diperbolehkan pulang jika fungsi pencernaan, jantung, ginjal dan pernafasannya sudah normal.

31 Mei 2006. Soeharto meninggalkan RSPP pukul 8.35 WIB menuju kediamannya. Soeharto ditemani tim dokter dan Dirut RSPP Dr Adji Suprajitno. Meski selang di lambung masih terpasang kondisinya semakin membaik.


2008

4 Januari 2008, Soeharto kembali masuk RSPP. Menurut pengacaranya, Assegaf, ia hanya check up biasa. Tapi anehnya Soeharto harus rawat inap belasan hari. Penyakit Soeharto kali ini lebih parah. Ia bahkan kritis dan sempat berhenti bernafas.