Kamis, 03 April 2008

Selingkuh Dulu, Hancur Kemudian

Hidup selalu berkonspirasi untuk menghancurkan siapa pun, kata John Grisham. Tapi bagi Jeng Sari, bukan hidup, melainkan selingkuh yang menghancurkan siapa pun.

Dan malam itu sambil bersantai-santai, Mbak Tika dan Risma akhirnya ikut latah membicarakan masalah selingkuh. Gara-garanya televisi sudah berhari-hari memberitakan isu selingkuh pasangan selebritis dengan politisi.

Risma orang yang lugu dan sumeleh. Umur 25 tahun, hidung mancung dan cute, kulit coklat gelap tapi manis habis. Sayang karena hanya lulus SLTP dan tidak punya bakat akting, ia tidak jadi artis. Risma sejak 4 tahun lalu jadi asisten Jeng Sari. Ia menjaga Hiro, anak Jeng Sari dan mengerjakan semua tetek bengek urusan rumah jika editor berita itu tidak ada.

"Sampai sekarang aku juga tak bisa mengerti bagaimana bapakku selingkuh. Ibuku cantik, sabar dan baik," kata Risma pelan. Ayah Risma mengaku berselingkuh kemudian kawin siri dengan perempuan lain setelah istrinya melahirkan 11 anak.

Kata Risma, keluarganya dulu merupakan orang terkaya di kampungnya. Mereka memiliki rumah yang bagus dan kebun yang sangat luas. "Tapi sekarang tanah kami yang luas telah habis, tinggal rumah dan tanah hanya sejengkal. Kami anak-anaknya tidak ada yang dikuliahkan. Kata ibu harta kami habis dipakai ayah untuk selingkuhannya," cerita Risma sedih.

Mbak Tika sepakat dengan Risma, selingkuh hanya menimbulkan penderitaan. Guru TK yang mengikuti bisnis multi level marketing (MLM) itu mendapatkan ajaran, selingkuh alias tidak setia tidak akan membuat orang menjadi sukses. Kunci sukses, kata Mbak Tika, yaitu yakin dan setia.

"Pertama harus yakin kalau usaha yang dilakukan itu akan sukses. Kedua setia dengan bisnis yang dijalaninya. Kalau tidak setia, bisa gonta-ganti bisnis hanya karena tersandung masalah sedikit. Kalau gonta-ganti terus ya kapan suksesnya," jelas Mbak Tika.

Jeng Sari yang sejak tadi asyik membaca novel The Street Lawyer-nya John Gisham tiba-tiba ikut nimbrung. "Jangan salah Tik, selingkuh itu justru banyak dilakukan orang-orang yang sudah sukses. Anggota DPR dan pejabat yang gajinya sudah puluhan juta lebih banyak yang selingkuh dibandingkan rakyat biasa," kata Jeng Sari.

"Anggota DPR berselingkuh dengan pemerintah, hasilnya kenaikan harga BBM. Pemerintah berselingkuh dengan pengusaha, hasilnya revisi UU Tenaga Kerja. Semoga revisi itu diubah lagi karena ribuan buruh telah berdemo," tambah Jeng Sari.

Mbak Tika membatin, sebentar lagi kakaknya pasti akan menunjukkan koran untuk mendukung ucapannya. Dan benar saja, editor berita itu menaruh novel dan bergegas mengambil koran.

"Nih baca," sodor Jeng Sari pada Mbak Tika. Guru TK itu kemudian membaca judul yang disodorkan Jeng Sari. "Kemiskinan, Mereka Sering Tidak Makan," baca Mbak Tika.

Berita itu menceritakan seorang nenek pembuat sapu di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Si nenek, dua orang cucunya dan suaminya yang lumpuh sudah terlalu sering tidak makan sejak harga beras mencapai Rp 4.500 per kilo gram. Kata berita itu, tidak hanya nenek itu saja yang bernasib tragis, masih banyak penduduk kampung itu yang juga tidak bisa makan.

Jeng Sari lantas kembali menyodorkan koran kemarin. Headline koran itu berjudul "Orang Miskin Naik 50 Persen". Berita berbunyi, dampak buruk kenaikan BBM 6 bulan lalu ternyata sangat parah. Jumlah penduduk miskin bertambah drastis. Hingga Maret 2006, jumlahnya meningkat 50 persen dibandingkan tahun 2004.

"Nah itu bukti selingkuh anggota DPR dengan pemerintah selalu menyengsarakan rakyat," kata Jeng Sari kemudian.

"Apa sih bu, serius amat. Selingkuh itu katanya indah lho," goda Mas Toyib, suami Jeng Sari. Si editor berita tidak menjawab godaan itu. Ia malah menuju deretan kaset dan mengambil album Opick lalu menghidupkan tape recorder.

Lalu terdengarlah, ....nafsu jiwa yang membuncah, menutupi mata hati, seperti terlupa bahwa nafaskan terhenti. Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah, aladzim .....

: dimuat di detikportal 12/04/2006 13:32

Tidak ada komentar: